Kamis, 22 Januari 2015

Fransiskus Dari Asisi


LATAR BELAKANG
FRANCISCUS DARI ASISI
A.    Biografi
Franciscus dari Asisi lahir pada tanggal 5 juli 1182 di Italia dan wafat pada tanggal 3 Oktober 1226 (berusia antara 44-45 tahun) di Asisi, Italia.Ia terlahir dengan nama Giovanni Bernardone, biasanya dikenal dengan Fransisko (bahasa Italia: Francesco). Ayahnya, Pietro, adalah seorang pedagang pakaian kaya. Tentang ibunya, Pica, sedikit yang diketahui. Fransiskus juga memiliki beberapa saudara lainnya. Beliau merupakan seorang tokoh yang dihormati oleh Gereja Katolik. Dimana ajarannya dikanonisasikan 16 Juli 1228 di Asisi oleh Paus Gregory IX dan yang menjadi tempat ziarah utamanya adalah Basilica Of San Francesco di Asisi. Hari peringatan yang biasa dirayakan oleh pengikutnya ialah bertepatan dengan tanggal 4 Oktober sesudah hari kewafatannya. Fransiskus juga mendirikan Ordo Fransiskan atau "Friars Minor". Dia adalah santo pelindunghewan, pedagang, dan lingkungan.[1]
B.     Pemikiran Tokoh
Pemikiran Fransiscus dari Asisi yaitu[2]: Dimulai dari sesudah pemenjaraan singkat dan sakit yang lama, ia menyadari kehidupannya tidak berarti. Dan kesadarannya ini mendorongnya mencari sauh baru bagi keberadaannya dan Yesus menjadi jawabnya. Keyakinannya ialah: hidup untuk Allah saja dengan meniru Kristus saja. Dengan menolak kekayaannya bahkan keluarganya, ia menetapkan suatu jalan hidup baru karena percaya bahwa satu-satunya jalan yang berarti hanyalah melalui kehidupan yang sepenuhnya berbakti kepada Allah. Hal yang membuat ia tertarik dengan kehidupan untuk berbakti dengan sepenuhnya kepada Allah ialah ketika ia sedang membaca Alkitab dan mendengarkan sebuah khotbah, tiga bagian Alkitab secara langsung yang menawan hatinya: “Juallah hartamu, berikanlah itu kepada orang-orang miskin” (Mat 19:21), “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan” (Luk 9:3) dan “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya” (Mat 16:24). Dengan hati menerima bagian-bagian Alkitab itu, Franciscus berangkat menjalani sebuah peniruan akan Kristus yang paling sulit dan berat yang pernah terjadi sepanjang sejarah. Tiga bagian Alkitab tadi merupakan fondasi spiritualitas Fransiscan. Berpegang pada firman Tuhan dan sepenuhnya sadar akan kondisinya yang berubah, untuk Franciscus tidak ada kemungkinan untuk balik. Setiap hari menjadi perjuangan mengejar kesempurnaan dalam Kristus. Dalam menjalani kehidupannya hari demi hari penderitaannya juga menjadi-jadi. Ada begitu banyak pengikutnya yang berombongan dari seluruh Eropa mengikuti hidupnya yang baru ini. Antara tahun 1205 dan Konsili Lateran ke-4 tahun 1215, para ilmuwan mencatat ada ribuan orang dari berbagai lapisan kehidupan yang berombongan mengikuti kehidupan”Injili” sebagaimana yang disebut Franciscus. Maksud Franciscus dengan istilah “Injili” adalah penemuan kehidupan, pengajaran dan semangat Yesus sebagaimana yang ditampung dan disampaikan oleh empat Injil. Franciscus dengan teguh mempercayai bahwa Injil memanggil orang beriman untuk mengungkapkan dalam kehidupan mereka pewujudan hidup dan semangat Kristus secara lengkap dan sempurna. Penekanannya yang baru ini menampung kemurnian yang menarik banyak orang. Didalamnya tidak ada sesuatu yang macam-macam atau tersembunyi; sasaran dan tujuan kehidupan Kristen dijabarkan secara jelas dan sederhana dalam ungkapan-ungkapan konkrit.
Selanjutnya dari pemikiran Franciscus tentang hal yang lainnya ialah[3] ia memulai kehidupan mengembara dalam kemiskinan. Dimana suatu hari ia mendengar khotbah dari Injil Matius 10:7-10 yang dibaca di gereja dan ia merasakannya sebagai panggilan pribadi kepada dirinya. Karenanya ia merasa terdorong untuk hidup berkeliling dan melayani dalam kemiskinan, sama seperti para rasul. Kemudian yang baru dalam idealism Franciscus adalah posisi sentral yang diberikan kepada kemiskinan. Ia melihat kemiskinan sebagai tujuan akhir, bukan sebagai jalan untuk mencapai tujuan lain. Ia menikahi Nyonya Kemiskinan, yang ia anggap sebagai mempelai Yesus Kristus yang sudah menjadi janda sejak kematian-Nya. Idaman Franciscus ini bukan hanya pola hidup sederhana, tetapi penolakan total terhadap pemilikan.

EKARISTI KUDUS DALAM KEHIDUPAN DAN TULISAN-TULISAN SANTO FRANSISKUS DARI ASSISI
  1. LATAR BELAKANG
Pada tahun 1215 Paus Innocentius III menyelenggarakan Konsili Lateran IV, yang dalam beberapa kanon-nya menentukan semua warga Gereja untuk menunjukkan rasa hormat setinggi-tingginya bagi gereja-gereja, Ekaristi Kudus dan obyek-obyek yang digunakan untuk perayaan Ekaristi. Semua ketentuan ini adalah dalam rangka menghadapi dan mengoreksi praktek-praktek penyalah-gunaan dan praktek-praktek tidak baik lain yang berhasil menyusup ke dalam tubuh Gereja, teristimewa dalam hal-hal yang berkaitan dengan liturgi. Pengganti Sri Paus, Paus Honorius III, menindak-lanjuti dekrit-dekrit Konsili tersebut dengan sebuah gerakan Ekaristi, antara lain dengan menerbitkan sebuah surat edaran, Sane cum olim, yaitu pada tanggal 22 November 1219. Dalam surat edaran tersebutSri Paus menyatakan kesedihan serta keprihatinannya terhadap praktek imam-imam tertentu, yang menyimpan dan memperlakukan Ekaristi Kudus dengan cara yang kurang pantas, kurang hormat dan bahkan memalukan. Karena itu diperintahkanlah agar untuk selanjutnya mereka menyimpan Ekaristi Kudus itu di tempat yang khusus, bersih dan terhormat. Di tempat itu para imam harus menghormati Ekaristi Kudus tersebut dengan penuh bakti dan rasa takwa. Para imam harus berulangkali mengajarkan kepada umatnya agar mereka menghormati-Nya dengan menundukkan kepala apabila hosti suci diangkat dalam perayaan Misa Kudus dan apabila imam membawa-Nya kepada orang sakit. Pada saat itu imam sendiri harus memakai pakaian yang pantas dengan kain penutup bahu yang bersih, menempatkan hosti kudus di dadanya dengan penuh rasa hormat dan takut dan selalu didahului oleh cahaya lilin yang bernyala. Fransiskus sendiri hadir dalam Konsili Lateran IV. Beberapa tahun kemudian, pada tanggal 24 Juni 1219, bersama beberapa saudara Fransiskus berangkat dari pelabuhan Ancona menuju Tanah Suci. Ada beberapa tempat istimewa di Tanah Suci yang sangat memikat jiwa Fransiskus. Teodosio Lombardi OFMmenduga, bahwa Fransiskus merayakan Natal di Betlehem pada tahun 1219, pesta “Maria diberi kabar oleh Malaikat Tuhan” tahun 1220 di Nazaret, dan Pekan Suci serta Paskah 1220 di Yerusalem. Menurut Teodosio Lombardi OFM, para penulis riwayat hidup Fransiskus yang awal tidak berbicara mengenai hal ini, namun – tulis Teodosio Lombardi OFM – kalau kita berpikir tentang palungan dalam perayaan Natal unik di Greccio pada tahun 1223 dan penerimaan anugerah Stigmata di La Verna pada tahun 1224, maka mau tidak mau semua  itu mengingatkan kita kepada perasaan seperti apa yang menggetarkan diri Fransiskus pada waktu berada di Betlehem dan Kalvari beberapa tahun sebelumnya, yaitu selama ziarahnya di Tanah Suci.  Namun karena mendengar berita tentang masalah intern ordonya, orang kudus ini kembali ke Italia. Fransiskus dan beberapa saudara yang menyertainya mendarat di pelabuhan Venezia pada akhir musim panas tahun 1220. Setelah balik ke Italia, Fransiskus terjun mendukung  gerakan Ekaristi yang diprakarsai Paus Honorius III, antara lain dengan ber-“kampanye” lewat surat-surat Ekaristi-nya. Yang dimaksudkan  dengan “Surat-surat Ekaristi” adalah “Surat Pertama kepada Para Rohaniwan” (1SurRoh), “Surat Kedua kepada Para Rohaniwan” (2SurRoh), “Surat Pertama kepada Para Kustos” (1SurKus), “Surat Kedua kepada Para Kustos” (2SurKus), “Surat kepada Para Pemimpin Rakyat” (SurPim) dan “Surat kepada Seluruh Ordo” (SurOr). Dapat dikatakan, bahwa Fransiskus berada di barisan terdepan dalam gerakan Ekaristi itu. Dalam hal yang demikian pada masa itu Gereja sedang menghadapi banyak gerakan bid’ah, antara lain kaum Katharidan kaum Waldenses (Waldensi). Gerakan-gerakan bid’ah tersebut populer di mata rakyat banyak, dengan demikian bertumbuh-kembang dengan cepat dalam masyarakat. Begitu gigih Fransiskus membela Gereja, khususnya dalam hal hormat-bakti terhadap Sakramen Mahakudus ini, namun Ia tetap menjadi seorang diakon. Dengan tulus dan rendah hati orang kudus ini tidak ingin menjadi seorang imam, dan dia setia pada pendiriannya: konsisten sampai saat dia bertemu dengan Saudari Maut (Badani). 
  1. BEBERAPA BACAAN DARI TULISAN-TULISAN DAN RIWAYAT HIDUP AWAL SANTO FRANSISKUS 
  1. Santo Pelindung bagi Lingkungan Hidup
Menurut legenda St. Fransiskus berkhotbah kepada burung-burung dan binatang-binatang lain, selain kepada manusia juga. Kini ia dikenal sebagai santo pelindung bagi binatangdan lingkungan hidup.Patungnya seringkali diletakkan di taman untuk menghormati minatnya terhadap alam. Pestanya dirayakan pada 4 Oktober (pesta yang dimaksudkan ialah hari peringatannya, kemungkinan disesuaikan atau diurutkan dengan tanggal kematiannya pada 3 Oktober).

  1. Nasihat yang mendesak kepada para saudara-imam.
Dalam “Surat kepada Seluruh Ordo”, Fransiskus memberi nasihat kepada para saudara-seimam, bahwa mereka harus hidup dengan cara-cara yang konsisten dengan tugas-pelayanan mereka, khususnya dalam hal pelayanan Ekaristi Kudus: “Juga aku minta dalam Tuhan kepada semua saudaraku para imam, yang sudah dan akan atau ingin menjadi imam Tuhan Yang Mahatinggi, agar bila mereka itu akan mempersembahkan misa, hendaklah mereka itu sendiri murni, dan dengan murni serta khidmat mempersembahkan kurban sejati tubuh dan darah mahakudus Tuhan kita Yesus Kristus; dengan niat yang suci dan murni, bukan untuk sesuatu perkara duniawi. Bukan pula karena takut atau karena kasih akan seorang manusia, seakan-akan untuk menyenangkan orang. Akan tetapi seluruh kehendaknya, sejauh dibantu rahmat, hendaklah diarahkan kepada Allah, dengan hasrat untuk menyenangkan Tuhan Yang Mahatinggi itu semata-mata; sebab Dia sendirilah yang melaksanakan misteri itu, sebagaimana berkenan pada-Nya (SurOr 14-15)”. 
Pemberian nasihat Fransiskus kepada para saudara-imam ini didorong oleh rasa hormatnya yang mendalam terhadap Ekaristi Kudus, yaitu agar para imam menjaga kemurnian hati dalam mempersembahkan misa. Para imam tersebut harus hidup dengan cara-cara yang konsisten dengan tugas pelayanan mereka, khususnya pelayanan Ekaristi Kudus. Maksudnya ialah agar mereka memiliki ujud yang suci dan mencari kehendak Allah semata-mata, untuk menyenangkan Dia saja, dan bukannya untuk mengejar suatu keuntungan duniawi. Orang kudus ini juga menulis dalam surat yang sama:[4]
“Dengarkanlah, Saudara-Saudaraku. Kalau Santa Perawan begitu dihormati – dan hal itu memang pantas – karena ia telah mengandung Yesus di dalam rahimnya yang tersuci; kalau Santo Yohanes Pembaptis gemetar dan tidak berani menjamah ubun-ubun kudus Allah; kalau makam, tempat Ia dibaringkan selama beberapa waktu, begitu dihormati: betapa harus suci, benar dan pantaslah orang yang dengan tangannya menjamah-Nya, dengan hati dan mulut menyambut-Nya, serta memberikan-Nya kepada orang lain untuk disambut. Karena Dia, yang tidak akan mati lagi, tetapi yang hidup dan dimuliakan untuk selamanya, dan yang ingin dilihat oleh malaikat-malaikat!”Ingatlah akan martabatmu, Saudara-Saudara Para Imam, dan jadilah kudus, karena Dia sendiri kudus. Sebagaimana Tuhan Allah memberi kamu kehormatan lebih daripada semua orang karena pelayanan ini, demikianlah juga hendaknya kamu mengasihi Dia melampaui semuanya, menghormati serta memuja-Nya. Betapa besarnya kemalangan dan kelemahan yang patut disayangkan, apabila Dia hadir pada kamu seperti itu, tetapi kamu justru menyibukkan diri dengan sesuatu yang lain di seluruh bumi (SurOr 21-25). 
Dalam “Surat Pertama kepada Para Kustos”, Fransiskus menulis sebagai berikut: 
“Aku memohon dengan sangat kepada kamu, lebih daripada kalau menyangkut diriku sendiri, supaya kamu, bila pada tempatnya  dan kamu anggap berguna, memohon dengan rendah hati kepada para rohaniwan, bahwa mereka harus menaruh khidmat yang melampaui segala-galanya kepada tubuh dan darah mahakudus Tuhan kita Yesus Kristus serta kepada nama-Nya yang kudus dan firman-Nya yang tertulis, yang menguduskan Tubuh (1SurKus 2)”.[5]
Dari bacaan diatas dapat diketahui bahwa dalam diri Fransiskus terdapat dorongan yang sangat kuat untuk “menularkan” kepada orang-orang lain apa yang diyakininya mengenai Ekaristi Kudus, namun semua itu dilakukannya dengan penuh kerendahan hati dan rasa hormat pada orang-orang lain. Dari pelbagai tulisan Fransiskus mengenai Ekaristi Kudus, jelaslah bahwa yang nampak baginya dalam Ekaristi Kudus adalah Yesus Kristus sendiri, Putera Allah dan Allah, yang jejak-jejak-Nya mau diikuti olehnya. Yesus yang miskin, yang meskipun Allah, mengosongkan diri-Nya sehabis-habisnya dan sepenuh-penuhnya. Oleh karena itu Fransiskus meminta supaya para saudara-imam agar sungguh-sungguh suci, benar-benar pantas dan kudus. Dan apabila semua hal itu terjadi dapatlah “mereka mengasihi-Nya melampaui semuanya, menghormati serta memuja-Nya (lihat SurOr 24). 
  1. Satu kali Misa dalam satu hari.
Pada masa Fransiskus, misa privata sudah menjadi praktek yang lazim. Walaupun demikian, orang kudus ini menganjurkan bahwa pada persaudaraan-persaudaraan lokal (komunitas-komunitas) hanya diadakan satu Misa saja setiap hari. L. ab Aspurz, dalam tulisannya Communitatis franciscalis mencatat bahwa dalam hal ini Fransiskus benar-benar berada di luar kerangka zamannya sendiri. Fransiskus menulis: 
“Karena itu di dalam Tuhan, aku memberikan nasihat dan ajakan ini: di tempat saudara-saudara tinggal, hendaknya dirayakan satu misa saja setiap hari menurut tata cara Gereja Kudus. Bahkan kalau di suatu tempat ada lebih dari satu imam, maka yang lain, demi cinta-kasih, hendaknya puas dengan turut menghadiri perayaan imam lainnya; sebab Tuhan Yesus Kristus memenuhi mereka yang layak bagi-Nya, baik mereka yang hadir maupun yang tidak hadir” (SurOr 30-32)”. 
Hal ini dilakukan oleh Fransiskus karena dia memiliki keyakinan kuat akan nilai Perayaan Ekaristi sebagai sebuah penyebab sekaligus tanda dari persaudaraan sejati yang bersatu dalam kasih Kristus. Fransiskus sangatlah bersemangat dalam hal Ekaristi yang terus ia kejar kepada saudara-saudara seiman maupun terhadap gereja. Ini merupakan semangat akan pelayanannay bersama Kristus. 
  1. Sebuah gambaran tentang ungkapan cinta Fransiskus terhadap Ekaristi Kudus.
Seorang penulis riwayat hidupnya, Beato Thomas dari Celano, memberikan gambaran yang jelas mengenai cinta Fransiskus terhadap Ekaristi Kudus ini sebagai berikut: 
Dia menimbang sebagai sesuatu sikap tidak menaruh hormat, jika waktu mengizinkan, kalau dia tidak mendengar Misa paling sedikit sekali dalam sehari. Dia menerima Komuni Suci seringkali dan dengan sikap yang begitu saleh, sehingga membuat orang-orang lain menjadi saleh juga. Mengikuti hal yang patut dimuliakan itu dengan segala rasa hormat dia mempersembahkan semua anggota tubuhnya, dan selagi menerima Anakdomba yang disembelih dia mengorbankan rohnya sendiri dalam api yang selalu terbakar di altar hatinya. Karena inilah dia mencintai Perancis; sebagai seorang sahabat Tubuh Tuhan, dan bahkan ingin mati di sana, karena hormat-bakti penduduk daerah itu terhadap hal-hal yang suci (2Cel 201).
Kesemangatan yang dimiliki oleh Fransiskus dalam hal Ekaristis pada akhirnya ia mengungkapkan cintanya terhadap Ekaristis kudus tersebut.Sampai-samapi kesalehan yang ia terapkan pada saat mengikuti misa juga ikuti oleh orang-orang yang ada bersama dengannya mengenai kesalehannya ini.Kesalehannya bisa membuat orang untuk meniru kesalehan yang ia milki.

PEMIKIRAN FRANSISKUS DALAM MENELADANI
KEHIDUPAN YESUS KRISTUS
Dalam makalah ini, pemikiran Fransiskus yang penulis paparkan ada beberapa macam diantaranya ialah mengenai peribadatan yang sedang ia ikuti di gereja yang dimana pada saat itu Fransiskus sedang membaca Alkitab dan mendengarkan sebuah khotbah, tiga bagian Alkitab secara langsung yang menawan hatinya: “Juallah hartamu, berikanlah itu kepada orang-orang miskin” (Mat 19:21), “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan” (Luk 9:3) dan “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya” (Mat 16:24). Selanjutnya bagian lain dari pemikirannya ialah mengenai Ekaristi Kudus, tetapi dalam hal ini penulis kurang menekankan hal ini. Tetapi yang akan penulis tekankan tentang pemikirannya ialah mengenai tiga bagian Firman Tuhan yang langsung menyentuh hatinya untuk hidup meneladani Yesus, sama seperti apa yang telah Yesus perbuat.Dengan hati menerima bagian-bagian Alkitab itu, Francis berangkat menjalani sebuah peniruan akan Kristus yang paling sulit dan berat yang pernah terjadi sepanjang sejarah. Tiga bagian Alkitab tadi merupakan fondasi spiritualitas Fransiscan. Jadi berdasarkan tiga bagian firman Tuhan yang sangat menyentuh Fransiskus, penulis akan memaparkan bagaimana ia dapat melakukan hal tersebut, apakah seorang manusia dapat hidup sama persis dengan kehidupan Yesus Kristus.
A.    Analisa dan kritik
1.      Analisa  teologis
Berdasarkan pemikiran tokoh fransiscus dari Asisi, ia mengajarkan kepada banyak orang mengenai kehidupan dari diri manusia untuk bisa meniru kehidupan Yesus. Tema sentralnya franciscus ini ialah peniruan akan Yesus. Diantaranya itu, ia mengatakan bahwa:[6] Usaha kita untuk meniru Kristus menghubungkan kita dengan ungkapan Allah dalam dunia ini. Dimana kita harus hidup dengan menaati Allah dalam segala sesuatu, yang berarti selalu mengikuti kehidupan dan semangat Yesus. Peniruan ini tidak saja membuat kita mengidentifikasi diri dengan Yesus tetapi juga mengijinkan kita untuk mengalami realitas kehidupan-Nya secara langsung. Pemikiran Franciscus untuk meniru kehidupan Yesus ini dia mengibaratkannya dengan ketika kita memasuki padang gurun untuk diuji dan dicobai, kita menjumpai realitas rohani yang sama yang Yesus pernah hadapi. Berbagai pengalaman ini dan lainnya mengijinkan kita mengerti kesejajaran antara keberadaan kita dan Kristus. Dengan menggali dari tafsiran yang lama dipegang di abad pertengahan, Franciscus percaya bahwa pengalaman-pengalaman temporal mengungkapkan realitas inkarnasi Yesus. Dan realitas ini pada akhirnya mengantari persekutuan kita dengan Allah secara sempurna. Pemikiran tokoh Franciscus seperti ini merupakan usaha serta pengajaran dari dalam hatinya yang paling dalam untuk dapat meniru kehidupan Yesus. Sehingga dengan demikian orang-orang banyak yang ia ajari dapat terus mengikuti bagaimana cara hidup yang ia lakukan untuk meneladani cara hidup Yesus yang telah ia pratekkan sendiri.
Berdasarkan pandangan hidup kekristenan untuk mengenal serta menyembah Dia yang sebagai Tuhan Allah kita tidaklah dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang telah Ia perbuat secara sama persis. Melainkan melakukan apa yang baik dan benar bagi kita untuk dapat melakukan apapun itu bagi kemuliaan-Nya. Memang ada benarnya mengikuti perbuatan-Nya yang telah Ia perbuat bagi banyak orang dahulunya dan juga dengan Firman yang telah Ia ucapkan (merupakan pengajaran-Nya bagi banyak orang yang mau mendengar serta tahu akan kehendak dari setiap ucapan-Nya tersebut). Tetapi secara tegasnya maksud teologis atas pemikiran Franciscus ini ialah lebih mengarah kepada pengutusan pada orang-orang yang diutus untuk memberitakan kebenaran Firman Tuhan, yaitu Injil. Penyadaran bahwa dirinya dipanggil untuk mewartakan kebaikan Allah ialah[7] memungkinkan tindakan-tindakan hidupnya dapat menjadi ekspresi ungkapan pemberitaan kebaikan Allah. Yesus Kristus merupakan pribadi yang dapat menjadi teladan hidup umat manusia sebab seluruh hidup Yesus dibaktikan kepada Allah. Yesus mewartakan kebaikan Allah dengan cara mengajar, mengampuni dosa, menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, memberi makan orang banyak, dan lainnya. Juga pengajaran Yesus yang disampaikan kepada segala bangsa dari kota ke kota, desa ke desa merupakan pemberitaan kebaikan Allah. Tetapi Yesus juga menentang perilaku hidup orang yang awalnya dimaksudkan sebagai ungkapan ketakwaan kepada Allah tetapi disamakan dengan tujuan kepentingan diri sendiri, supaya dipuji orang, mendapatkan keuntungan secara finansial, dianggap saleh, dianggap taat dalam hidup beragama, dan lain-lainnya. Yesus mengecam orang-orang yang mempunyai perilaku seperti itu. 
2.      Analisa Biblika
Dari pemikiran Franciscus dari Asisi untuk penjelasannya secara analisa ini merujuk pada saat ia beribadah digereja. Dimana, ia sedang membaca Alkitab dan mendengarkan sebuah khotbah, yakni tiga bagian khotbah secara langsung menawan hatinya. Diantaranya yaitu: “Juallah hartamu, dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin” (Mat 19:21), “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan” (Luk 9:3) dan “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya” (Mat 16:24). Dengan bagian Firman Tuhan yang telah didengar Franciscus ini menunjukkan salah satu sikap Franciscus sebagai seorang yang ingin meneladani kehidupan Yesus dengan melakukan apa yang telah diperbuat oleh Yesus Kristus. Perlu diketahui bahwa untuk meneladani cara hidup Yesus, bisakah mampu manusia melakukannya saat itu dan saat ini. Sepertinya ini merupakan hal yang salah jalur untuk diperbuat. Maksud bagian Firman Tuhan yang ia dengar di gereja dalam Mat 19:21 ialah mengenai “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku”. Firman Tuhan ini memang jelas mengatakan demikian. Tetapi ini bukanlah berarti bahwa agar setiap manusia mau menjadi sempurna, maka yang harus ia lakukan ialah dengan menjual seluruh hartanya dan memberikannya pada orang miskin. Jikalau dilihat dalam penafsiran maksud Firman Tuhan ini merupakan percakapan Kristus dengan seorang pemimpin yang memiliki niat yang baik untuk mendapat pengarahan dari-Nya mengenai jalan ke sorga. Dalam hal ini maksudnya ialah:[8]
Ø  Hal utama yang perlu diketahui ialah apa yang harus kita lakukan untuk masuk sorga, apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh hidup yang kekal. Hal ini menyiratkan adanya kepercayaan tertentu akan kehidupan yang kekal setelah kehidupan di dunia ini, suatu kepercayaan yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Allah dan orang-orang kafir. Hal ini juga menyiratkan adanya kepedulian untuk mencari kepastian akan adanya kehidupan yang demikian dan juga merupakan suatu kesediaan diri untuk memenuhi syarat-syarat apa saja untuk menjamin tercapainya kehidupan kekal itu, dan kesediaan yang demikian tidak ada pada diri orang-orang yang sudah kukuh membaktikan dirinya bagi dunia dan keinginan daging.
Ø  Manusia menganggap diri mereka tidak berdosa karena acuh tak acuh. Inilah yang juga diperlihatkan oleh pemimpin ini. Ia berkata, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku (ay. 21). Ia tidak mendapati kejahatan apapun dalam dirinya, sama seperti orang Farisi itu (ay. 11). Ia membual bahwa ia telah mulai berbuat kebajikan sejak masa mudanya, bahwa ia tetap melakukannya sampai hari itu, dan ia tidak pernah melanggarnya dalam hal apa pun. Seandainya ia telah mengetahui makna dan sifat rohani dari perintah Allah tersebut dan perbuatan hatinya, dan juga, seandainya ia pernah menjadi murid Kristus untuk beberapa saat lamanya dan belajar dari-Nya, maka mungkin ia justru akan berkata sebaliknya: ‘semuanya itu telah aku langgar sejak masa mudaku, baik dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatanku.”
Hal-hal yang sangat penting yang bisa kita pakai untuk menguji keadaan kerohanian kita adalah seberapa jauh kita mengasihi Kristus dan sesama kita, juga terhadap dunia ini dan dunia lain. Dengan hal-hal inilah pemuda itu diuji, karena:[9] jika ia memiliki kasih yang sejati kepada Kristus, ia akan datang dan mengikuti-Nya, menuruti ajaran-ajaran-Nya dan tunduk pada segala aturan-Nya, apapun yang dituntut darinya. Tidak ada seorang pun akan mewarisi hidup kekal jika ia tidak bersedia menerima bagiannya dalam mengikuti Tuhan Yesus, untuk mengikuti Sang Anak Domba ke mana pun ia pergi. Selanjutnya jika ia memiliki kasih yang sejati kepada sesamanya, maka setiap kali ada kesempatan, ia akan membagi-bagikan harta bendanya kepada orang miskin, yang merupakan penerima-penerima berkat dari Allah dan berkat-berkat yang mereka terima ini adalah hak Allah yang atas kekayaan kita.
Selanjutnya tentang Luk 9:3 ialah “Janganlah membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau helai baju”.Maksud Firman Tuhan ini berdasarkan tafsiran adalah[10] meluasnya pekerjaan Yesus (8:1) memberikan kepadaNya kesempatan untuk memberi latihan praktek kepada kedua belas muridNya. Diperlengkapi dengan kuasaNya, mereka akan melakukan pekerjaanNya yang terdiri dari memberitakan Injil dan menyembuhkan. Mereka wajib hidup sederhana, barangkali untuk mengelakkan celaan bahwa mereka membuat keuntungan dari misi mereka, dan untuk mengelakkan bahwa mereka dikelirukan sebagai penginjil-penginjil keliling yang lain yang kurang baik namanya. Mereka tidak akan berjalan dari rumah yang satu ke rumah yang lain untuk mencari penumpang, jika sebuah kota tidak menerima mereka, mereka akan melakukan apa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi apabila mereka meninggalkan sebuah kota yang bukan Yahudi, untuk menyatakan dengan suatu perumpamaan yang disandiwarakan bahwa penduduk kota itu memencilkan diri dari Israel yang benar.  sebuah pengutusan pemberitaan Injil, dimana Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk misi penginjilan. Dalam bagian ayat ini secara detail mempunyai penjelasan bahwa pembicaraan Yesus ini berbicara mengenai kerajaan Allah yang menjadi pusat dari khotbah Yesus. Untuk orang-orang yang mau mengikut perintah yang telah Ia katakan haruslah benar-benar mengerti maksud yang sebenarnya dari ucapan-Nya. Juga tentang Mat 16:24 yaitu “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”. Maksud Firman Tuhan ini ialah[11] mereka harus meninggalkan kesenangan tubuh; karena (ayat. 34) “jika seseorang mau mengikut Aku, untuk kesembuhan rohani, seperti yang dilakukan orang-orang ini untuk kesembuhan tubuh, Ia harus menyangkal dirinya, dan hidup dalam penyangkalan diri, mematikan keinginan tubuh. Janganlah ia bersikap sebagai dokter bagi jiwanya sendiri, melainkan ia harus membuang keyakinan mengandalkan diri sendiri dan kebenaran serta kekuatannya sendiri, dan hendaknya ia memikul salibnya dengan mengikuti teladan Yesus yang disalibkan, dan meyesuaikan diri-Nya dengan kehendak Allah dalam semua penderitaan yang diizinkan-Nya; dan terus mengikut-Ku. Seperti yang telah dilakukan banyak orang yang telah disembuhkan Kristus. Mereka yang akan menjadi pasien Kristus harus mengikut Dia, seperti yang telah dilakukan mereka yang mengikut Dia, dan harus mengambil keputusan  yang teguh bahwa mereka tidak akan meninggalkan Dia.  
B.     Pendapat pribadi
Berdasarkan pemikiran Franciscus dari Asisi ini sangatlah tidak mungkin bagi manusia untuk dapat melakukannya dalam menjalani kehidupan hari demi hari ini. Saya sangatlah tidak setuju dengan argumen serta ajaran Franciscus bahwa meneladani serta meniru gaya kehidupan Yesus Kristus ini maka kita yang sebagai manusia dapat menjadi serupa atau sama seperti Yesus. Untuk meneladani perbuatan atau aturan yang Yesus lakukan dalam pelayanan-Nya selama tiga Tahun ini tidaklah mudah dan gampang untuk ditiru. Sebab perlu diketahui bahwa apapun yang dilakukan Yesus belum tentu dapat dilakukan secara tuntas oleh manusia. Sebab manusia ini sudah berdosa untuk perbuatannya saja dalam kehidupan yang dilakukan hari demi hari ada begitu banyak perbuatan yang tidak berkenan sebenarnya untuk dilakukan. Bisa saja manusia untuk dilihat dari perbuatannya, dia orangnya baik, suka menolong, serta ramah. Tetapi belum tentu dengan perbuatannya yang diperbuatnya itu menunjukkan bahwa dia baik. Sebab dalam pikirannya belum tentu sama dengan apa yang telah ia lakukan, juga dengan perkataannya belum tentu sama dengan tindakan/perbuatan serta pikiran yang ia laksanakan itu. Kemudian yang menjadi pertanyaannya dari saya ialah Franciscus ini merupakan seorang yang dikatakan pintar, dimana ia sendiri merupakan pendiri Ordo saudara-saudara hina (Ordo Fransiskan, OFM) dan juga dalam cita-citanya ia ingin menjadi seorang ksatria yang perkasa. Tetapi diawal penerimaan dirinya untuk mengenal Yesus, ia tanpa berpikir panjang, tapi langsung mengambil keputusan untuk meneladani serta akan melakukannya dalam kehidupannya hari demi hari. Melakukan perbuatan yang Yesus lakukan memang bisa dititu oleh setiap orang tetapi peniruan terhadap perbuatan Yesus ini tidaklah secara tuntas dapat diperbuat oleh manusia. Sebab:[12] “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”. Semua orang telah berdosa ini memang jelas, jadi tidak ada seorang pun didunia ini yang tidak berdosa. Tetapi dengan adanya tindakan Franciscus untuk hidup sama seperti Kristus Yesus ini sangatlah tidak mungkin jika hal itu ia lakukan secara baik dengan tuntas. Yang sangat saya tidak setuju dan sependapat dengan perbuatan yang Franciscus lakukan ialah dengan bagian Firman Tuhan yang ia dengar di gereja saat dikhotbahkan yakni dari (Mat 19:21), (Luk 9:3), (Mat 16:24). Ketiga bagian Firman Tuhan itu tidaklah dimaksudkan bagi setiap orang yang mendengar untuk dapat melakukannya seperti demikian. Tetapi perlu penafsiran yang baik, memerlukan inspirasi dari Roh Kudus bahwa maksudnya Firman Tuhan berkata demikian ialah untuk membuat semangat setiap pelayan Tuhan dalam melakukan pelayanan dalam menyuarakan kebenaran. Sebab untuk mengikuti jejak hidup Yesus bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan.
C.     Kontribusi
Dengan adanya ajaran Franciscus dari Asisi mengenai bagaimana kita yang sebagai umat manusia ini untuk hidup kudus haruslah dapat meniru tindakan/perbuatan yang Yesus lakukan. Berdasarkan pemikiran Franciscus yang demikian untuk dapat hidup yang demikian, memang ada banyak orang-orang pada saat itu yang mengikuti dirinya. Bagi gereja dengan perspektifnya yang seperti ini memang ada banyak orang yang mengikutinya, bahkan pada tanggal 16 juli 1228 Franciscus diangkat menjadi orang kudus oleh sahabatnya, Ugolino yang menjadi Paus dengan nama Paus Gregorius IX.[13] Dengan diangkatnya Franciscus sebagai orang kudus pada saat itu, ini merupakan suatu keistimewaan khusus pada diri Franciscus. Sebab dalam kehidupannya ia menjalani hidupnya dengan melakukan/menuruti perkataan Firman Tuhan. Dimana diawal kehidupannya yang bahagia bersama ayahnya yang merupakan pedagang kain yang kaya, namun karena ia mau hidup seperti Yesus. Ia rela mengorbankan segala hartanya dengan memberikan kepada pengemis-pengemis, bahkan dalam satu hari itu ia hidup dengan mengemis. Ini merupakan suatu ketaatan Franciscus yang ia perbuat untuk dapat hidup kudus. Perbuatan seperti itu tidaklah terdapat pada tiap orang. Sebab bisa saja orang yang ada disekitarnya mengatakan bahwa itu merupakan tindakan bodoh/konyol yang boleh ia lakukan. Yang menjadi landasan bagi diri Franciscus dan juga orang-orang yang mengikuti ajarannya ialah berdasarkan Matius 10:7-19. Sebab disaat ia bertindak sesuai dengan perkataan itu, segera banyak orang tertarik kepada gaya hidupnya dan bergabung dengan dia. Ia membuat suatu peraturan hidup yang sederhana bagi kelompoknya yang didasarkan kepada perkataan-perkataan dari Injil. Disisi lain pihak gereja memang menerima ajaran Franciscus, tetapi yang lebih jelasnya lagi ini teruskan lagi oleh Bonaventura sebagai pendiri kedua dari ordo yang ada saat itu. Bonaventura dalam peraturan dan pola hidup para Fransiscan ia menulis surat wasiat untuk ditaati orang-orang pada masa itu, yaitu hidup taat dan suci tanpa milik, dengan demikian mengikuti ajaran dan contoh Tuhan Yesus Kristus….mereka yang berjanji untuk taat boleh mempunyai satu jubah dengan tutup kepala dan satu jubah lagi tanpa tutup kepala, jika perlu bersama tali pinggang dan celana pendek. Biarkan semua saudara berpakaian bersahaja….biarlah mereka tidak menginginkan pakaian yang berharga di dunia ini, agar di Kerajaan Surga mereka diliputi kemegahan….biarlah saudara-saudara menjaga supaya ke manapun mereka pergi, jangan sampai mereka miliki suatu tempat dan mempertahankannya sebagai miliknya.[14] Selain Franciscus yang mengajarkan serta mengembangkan pengajarannya mengenai mencontohi apa yang dikatakan Yesus ini juga diikuti oleh Bonaventura sebagai pendiri ke-2 dari gerakan ordo para Fransiskan yang ada saat itu. Tidak salah mengikuti tindakan Franciscus untuk mengikuti tiap perkataan Yesus. Tapi sebelum menjalankan itu semua seseorang perlu mengerti dengan cermat maksud inti yang sebenarnya itu apa. Apa yang dilakukan Fransiscus pada kenyataannya hingga saat ini ada begitu banyak orang-orang/pengikutnya yang masih mengikuti jejak kehidupannya ini. Diantaranya yaitu pada zaman Portugis di Indonesia, OFM bekerja dengan giat sekali. OFM (Ordo Fratres Minores/Ordo Saudara-Saudara Hina) merupakan ordo yang pertama, bersama-sama dengan Ordo Dominikan, yang menjalankan tugas kerasulan di Indonesi. Hingga dengan sekarang ini, Ordo ini masih bekerja di beberapa tempat di Indonesia.[15] Dengan hal demikian dapatlah diartikan bahwa hingga saat ini di dunia ini masih ada kelompok-kelompok atau pengikut ajaran Fransiscus yang masih melakukan hal ini. Tetapi tidak menutup kemungkinan hal ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang beragama Katolik, tetapi tidak secara keseluruhan.
Untuk memperkembangkan pelayanan penulis maka ketika penulis mempelajari sejarah gereja/pemikiran Kristen maka, dengan demikian penulis harus memikirkan dan menjawab 10 pertanyaan di bawah ini:
1.      Pikirkanlah bagaimana peristiwa dalam sejarah sebagai ilustrasi Doktrin Providensia Allah? Allah memang sungguh luar biasa dalam kehidupan para tokoh sejarah gereja ini, terkhusus Fransiskus. Sebab kehidupannya yang begitu melimpah dengan harta kekayaan yang dimiliki oleh orangtuanya yang sebagai pedangan kain, pada akhirnya ia meninggalkan semuanya hanya untuk hidup didalam Tuhan (hidup melayani Tuhan, bahkan mau meneladani setiap perbuatan yang diperbuat oleh Yesus sendiri).
2.      Pelajaran apa yang dapat diambil dalam peristiwa tersebut! Pelajaran yang dapat saya ambil adalah mau bertanggung jawab atas panggilan Tuhan terhadap diri saya. Sebagaimana telah dilakukan Fransiskus dalam mengikuti keteladanan Yesus hanya dengan mendengarkan kotbah dari perkataan Firman Allah ia mau melakukannya. Pada hal maksud perkataan Injil tersebut apabila ditafsirkan mempunyai arti dan maksud khusus, tetapi Fransiskus tidaklah demikian. Ia tetap berpegang pada pendiriannya untuk melakukan sama persis dengan apa yang tercantum dari nats (Mat 19:21), (Luk 9:3), (Mat 16:24).
3.      Prinsip-prinsip Teologis apa yang dapat dikembangkan melalui peristiwa itu! Yang dapat dikembangkan berdasarkan pandangan teologisnya ialah sebagai hamba-hamba Tuhan, pekerja-pekerja Kristus kita harus mampu mempertanggung jawabkan setiap pandangan yang tercatat dalam Alkitab. Disisi lain sebagai hamba Tuhan yang menyuarakan kebenaran Injil, maka kita juga harus mampu menguasai maksud dari Injil tersebut meskipun sebagai manusia setiap orang tafsirannya berbeda-beda, tetapi dari hal ini perlu ditekankan bahwa inti dan maksudnya tentunya sama. Jadi yang perlu kita tekankan ialah pandangan kita dalam “Juallah hartamu, berikanlah itu kepada orang-orang miskin” (Mat 19:21), “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan” (Luk 9:3) dan “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya” (Mat 16:24). Dari hal itu kita dapat mengambil hal yang terbaik untuk pelayanan kedepan dan juga dalam mengikut Tuhan itu harus mau menyangkal diri demi Kristus Yesus.
4.      Peristiwa-peristiwa apa dalam sejarah yang menolong kita untuk memperkembangkan Doktrin Kristen yang Ortodoks! Yang dapat menolong kita untuk mengembangkan Doktrin Kristen yang Ortodoks jika dilihat dari peristiwa sejarah ialah tetap melaksanakan perjamuan kudus yang benar sesuai dengan konsep-konsep para reformator yang terdahulu (bukan merubah semua tata cara yang telah ditetapkan, sehingga mengakibatkan keributan dalam gereja). Selain itu, dari peristiwa meninggalkan segala harta kekayaan juga sangat penting, tetapi bukan berarti seorang yang kaya memberikan semua hartanya tersebut kepada fakir miskin. Dalam peristiwa ini yang perlu dikembangkan dalam doktrin gereja ialah memberikan penafsiran yang terbaik, sederhana dan praktis kepada jemaat sehingga mereka dapat mengerti dengan mudah.
5.      Kesalahan apa dari sejarah masa lalu yang harus dihindari supaya tidak terulang kembali? Yang harus kita hindari adalah melakukan tanpa memikirkan terlebih dahulu meskipun memikili maksud baik, tetapi dalam hal ini perlu kehati-hatian. Kesalahan yang harus di rubah dari sejarah masa lalu ialah mengenai pandangan yang terdapat dalam perayaan perjamuan kudus (memandang bahwa anggur dan roti itu benar-benar tubuh dan darah Kristus). Dalam konsep ini kita harus tetap berpegang bahwa roti dan anggur itu hanya sebagai simbol atau lambang dari tubuh dan darah Kristus.Kemudian dalam menjalankan perjamuan juga pelayan-pelayan yang ada haruslah melayani perjamuan malam itu dengan hati yang sungguh-sungguh melayani, bukan sekedar menjalankan tugas yang diberikan.
6.      Bagaimana peristiwa ini menolong saya berjalan bersama Tuhan? Sangatlah penting jikalau kita melakukan perkataan Firman Tuhan, demikianlah halnya dengan Fransiskus ketika mendengarkan khotbah yang dibawakan dari ketiga nats dari Injil Sinoptis sekaligus. Untuk itu apabila saya ingin berjalan bersama Tuhan (mengikuti kehendakNya bukan kehendak dari diri kita sendiri), maka saya harus meneladani cara yang benar yang pernah diperbuat dari peristiwa sejarah ini; yakni mau menjalankan pelayanan dengan sebaik mungkin bagi Kemuliaan Allah, mau melakukan kebenaran Firman Tuhan bukan hanya sekedar berkhotbah, ceramah dan lain sebagainya tetapi tidak melakukannya. Dengan melakukan hal yang demikian maka saya dapat berjalan bersama dengan Tuhan seumur hidup.
7.      Apa yang diajarkan kepada saya melalui peristiwa sejarah tersebut tentang natur manusia dan kondisi dunia? Tentang natur manusia yang saya dapatkan ialah bahwa manusia itu jikalau hidup dengan bergantung pada kekuatan dirinya sendiri, maka tidaklah bertahan lama, tidak mendapatkan apa-apa. Sebaliknya jika mengandalkan Allah maka kehidupannya akan senantiasa disertai oleh Tuhan Allah. Mengapa dapat terjadi demikian? Karna kita ini adalah ciptaan Allah, ciptaan tidak dapat melampaui sang pencipta tetapi penciptalah yang dapat berkuasa atas kehidupan kita yang diciptakannya. Sedangkan tentang kondisi dunia yang saya dapatkan ialah dunia ini dalam keadaan yang biasa (tenang, aman, damai dan sejahtera) dapat berubah dengan cepat. Hal ini karena manusia yang tinggal didalamnya tidak dapat menjaga (tidak dapat berelasi dengan keadaan sekitar). Sehingga pada akhirnya berakibat yang sangat fatal apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dari dunia ini.
8.      Apa yang diajarkan kepada saya melalui peristiwa Sejarah tersebut tentang peranan Gereja dalam masyarakat masa kini? Yaitu bahwa dari peristiwa sejarah ini saya harus memberitakan Injil dengan benar terhadap jemaat terlebih dalam melakukan P.I terhadap agama lain. Sebab Fransiskus sendiri merupakan seorang tokoh yang gigih dalam menyuarakan kebenaran Injil. Untuk itu pelayanan di Gereja da dimana pun itu saya harus bisa memberikan yang terbaik untuk kemuliaan Tuhan . meskipun pada masa kini banyak hamba-hamba Tuhan yang mau melayani asalkan ada bayara dan lain sebagainya kiranya ini boleh jauh dari diri saya demi peranan gereja dalam masyarakat masa kini. 
9.      Bagaimana peristiwa sejarah tersebut menolong saya untuk mempersiapkan masa depan?Peristiwa sejarah tersebut mempersiapkan saya mulai dari pelayanan yang ada pada saat ini (weekend) maupun pelayanan 2 bulan dan satu tahun. Kiranya melalui semua pelayanan yang dilakukan tersebut saya dapat berfokus hanya untuk melayani Tuhan.
1   Bagaimana peristiwa sejarah tersebut dapat menolong saya menjaga perspektif yang seharusnya berkaitan dengan posisi saya sendiri dalam sejarah, posisi gereja, donominasi saya dan bangsa saya.


KESIMPULAN DAN
NILAI ROHANI BAGI PENULIS.
Untuk mengikut Tuhan Allah sangatlah tidak mudah dan gampang manusia  melakukannya sesuai dengan yang Tuhan inginkan. Sebab sebaik apapun kebaikan yang dilakukan manusia untuk menjadi sama/serupa seperti perbuatan yang kristus perbuat ini sungguh mustahil. Sebab manusia pada awalnya telah berdosa, begitu juga dalam kehidupannya sehari-hari selalu ada tindakan juga natur keberdosaan itu. Jadi dengan usaha apapun manusia melakukannya, meskipun yang dilakukan itu sama persis/serupa dengan yang dilakukan Yesus belum tentu itu benar-benar serupa/persis dengan apa yang telah diperbuat oleh Yesus Kristus. Yesus merupakan manusia yang pernah hidup dibumi bersama dengan manusia zaman dahulu, Ia disebut 100% Allah dan juga 100% manusia. Dengan menjalani kehidupan ini secara pribadi penulis bersyukur untuk keteladanan Franciscus dalam mengikuti kehidupan Yesus. Dengan keteladanan hidup yang ia lakukan, ada begitu banyak golongan orang-orang yang mengikuti gaya hidupnya hingga saat ini. Tapi sangat disayangkan bahwa yang mengikuti gaya hidupnya ini ialah orang-orang yang beragama Katolik. Selanjutnya melalui Firman Tuhan yang didengar oleh Franciscus di gereja saat dikhotbahkan seorang pendeta. Perbuatan atau sikap seorang kristiani yang baik dan benar ialah memahami terlebih dahulu maksud Firman itu. Kalau secara pribadi, apabila saya yang secara tiba-tiba mau melakukan hal tersebut ialah memang ada benarnya melakukan kebaikan, tetapi sebaik apakah manusia dapat melakukan kebaikan itu sendiri. Bukankah segala kebaikan yang Tuhan Yesus perbuat itu merupakan suatu kebaikan dalam kemahakuasaan-Nya/keilahian-Nya yang Ia tujukan kepada Bapa-Nya di surga. Menjadi pengikut Yesus Kristus tidak hanya sampai pada melakukan tindakan-tindakan yang Yesus lakukan. Tetapi apapun yang dilakukan oleh manusia dengan segenap hati, pikirannya hanya tertuju pada Tuhan ini memang berkenan pada-Nya. Sebab hal ini sama dengan kita mengasihi Tuhan Allah kita. Dimana dalam Matius 22:37 mengatakan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”. Menurut penulis inilah yang terbaik untuk dilakukan manusia kepada Tuhan Allah dalam mengikut Dia sebagai Tuhan satu-satunya Sang Juruselamat dunia dari kekekalan sampai kepada kekekalan. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
[1]http://id. Wikipedia. Org/wiki/fransiskus-dari asisi# mw-head (senin, 11 maret 2013) jam 10:05 WIB.
[1]Richard J. foster & Gayle D. Beebe, Longing For Of God Merindukan Allah (Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur, 2009)109.
[1] Lane Tony, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani (Jakarta: Gunung Mulia, 1990) 101.










[1]http://id. Wikipedia. Org/wiki/fransiskus-dari asisi# mw-head (senin, 11 maret 2013) jam 10:05 WIB.
[2]Richard J. foster & Gayle D. Beebe, Longing For Of God Merindukan Allah (Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur, 2009)109.
[3]Lane Tony, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani (Jakarta: Gunung Mulia, 1990) 101.

[6] Ibid, Hal 152. 
[7] L. Prasetya, Menjadi Anak Beriman Yang Terbuka (Yogyakarta: Kanisius, 2004) 29.
[8] mattew Henry, injil Lukas 13-14 (Surabaya: Momentum Christian Literatur, 2009) 690. 
[9] mattew Henry, injil Lukas 13-14 (Surabaya: Momentum Christian Literatur, 2009) 692.
[10]Tafsiran Alkitab Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982) 222.
[11] Ibid, Hal 179.
[12] Alkitab Edisi Study (Jakarta: tahun 2010) 1845.
[13] Drs.F.D.Willem.M.Th, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia,)
[14] Lane Tony, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani (Jakarta: Gunung Mulia, 1990) 102.
[15]  Drs.F.D.Willem.M.Th, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987) 115.