LATAR
BELAKANG
FRANCISCUS
DARI ASISI
A.
Biografi
Franciscus dari
Asisi lahir pada tanggal 5 juli 1182 di Italia dan wafat pada tanggal 3 Oktober
1226 (berusia antara 44-45 tahun) di Asisi, Italia.Ia terlahir dengan
nama Giovanni Bernardone, biasanya dikenal dengan Fransisko (bahasa Italia: Francesco).
Ayahnya, Pietro, adalah seorang pedagang pakaian kaya. Tentang ibunya, Pica,
sedikit yang diketahui. Fransiskus juga memiliki beberapa saudara lainnya. Beliau
merupakan seorang tokoh yang dihormati oleh Gereja Katolik. Dimana ajarannya
dikanonisasikan 16 Juli 1228 di Asisi oleh Paus Gregory IX dan yang menjadi
tempat ziarah utamanya adalah Basilica Of
San Francesco di Asisi. Hari peringatan yang biasa dirayakan oleh
pengikutnya ialah bertepatan dengan tanggal 4 Oktober sesudah hari
kewafatannya. Fransiskus juga mendirikan Ordo Fransiskan atau
"Friars Minor". Dia adalah santo pelindunghewan, pedagang, dan lingkungan.[1]
B.
Pemikiran Tokoh
Pemikiran
Fransiscus dari Asisi yaitu[2]: Dimulai
dari sesudah pemenjaraan singkat dan sakit yang lama, ia menyadari kehidupannya
tidak berarti. Dan kesadarannya ini mendorongnya mencari sauh baru bagi
keberadaannya dan Yesus menjadi jawabnya. Keyakinannya ialah: hidup untuk Allah
saja dengan meniru Kristus saja. Dengan menolak kekayaannya bahkan keluarganya,
ia menetapkan suatu jalan hidup baru karena percaya bahwa satu-satunya jalan
yang berarti hanyalah melalui kehidupan yang sepenuhnya berbakti kepada Allah.
Hal yang membuat ia tertarik dengan kehidupan untuk berbakti dengan sepenuhnya
kepada Allah ialah ketika ia sedang membaca Alkitab dan mendengarkan sebuah
khotbah, tiga bagian Alkitab secara langsung yang menawan hatinya: “Juallah
hartamu, berikanlah itu kepada orang-orang miskin” (Mat 19:21), “Jangan membawa
apa-apa dalam perjalanan” (Luk 9:3) dan “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya” (Mat 16:24). Dengan hati menerima bagian-bagian
Alkitab itu, Franciscus berangkat menjalani sebuah peniruan akan Kristus yang
paling sulit dan berat yang pernah terjadi sepanjang sejarah. Tiga bagian
Alkitab tadi merupakan fondasi spiritualitas Fransiscan. Berpegang pada firman
Tuhan dan sepenuhnya sadar akan kondisinya yang berubah, untuk Franciscus tidak
ada kemungkinan untuk balik. Setiap hari menjadi perjuangan mengejar
kesempurnaan dalam Kristus. Dalam menjalani kehidupannya hari demi hari
penderitaannya juga menjadi-jadi. Ada begitu banyak pengikutnya yang
berombongan dari seluruh Eropa mengikuti hidupnya yang baru ini. Antara tahun
1205 dan Konsili Lateran ke-4 tahun 1215, para ilmuwan mencatat ada ribuan
orang dari berbagai lapisan kehidupan yang berombongan mengikuti
kehidupan”Injili” sebagaimana yang disebut Franciscus. Maksud Franciscus dengan
istilah “Injili” adalah penemuan kehidupan, pengajaran dan semangat Yesus
sebagaimana yang ditampung dan disampaikan oleh empat Injil. Franciscus dengan
teguh mempercayai bahwa Injil memanggil orang beriman untuk mengungkapkan dalam
kehidupan mereka pewujudan hidup dan semangat Kristus secara lengkap dan
sempurna. Penekanannya yang baru ini menampung kemurnian yang menarik banyak
orang. Didalamnya tidak ada sesuatu yang macam-macam atau tersembunyi; sasaran
dan tujuan kehidupan Kristen dijabarkan secara jelas dan sederhana dalam
ungkapan-ungkapan konkrit.
Selanjutnya
dari pemikiran Franciscus tentang hal yang lainnya ialah[3] ia
memulai kehidupan mengembara dalam kemiskinan. Dimana suatu hari ia mendengar
khotbah dari Injil Matius 10:7-10 yang dibaca di gereja dan ia merasakannya
sebagai panggilan pribadi kepada dirinya. Karenanya ia merasa terdorong untuk
hidup berkeliling dan melayani dalam kemiskinan, sama seperti para rasul.
Kemudian yang baru dalam idealism Franciscus adalah posisi sentral yang
diberikan kepada kemiskinan. Ia melihat kemiskinan sebagai tujuan akhir, bukan
sebagai jalan untuk mencapai tujuan lain. Ia menikahi Nyonya Kemiskinan, yang
ia anggap sebagai mempelai Yesus Kristus yang sudah menjadi janda sejak
kematian-Nya. Idaman Franciscus ini bukan hanya pola hidup sederhana, tetapi
penolakan total terhadap pemilikan.
EKARISTI KUDUS DALAM KEHIDUPAN DAN
TULISAN-TULISAN SANTO FRANSISKUS DARI ASSISI
- LATAR
BELAKANG
Pada tahun 1215 Paus Innocentius III menyelenggarakan
Konsili Lateran IV, yang dalam beberapa kanon-nya menentukan semua warga Gereja
untuk menunjukkan rasa hormat setinggi-tingginya bagi gereja-gereja, Ekaristi
Kudus dan obyek-obyek yang digunakan untuk perayaan Ekaristi. Semua ketentuan
ini adalah dalam rangka menghadapi dan mengoreksi praktek-praktek
penyalah-gunaan dan praktek-praktek tidak baik lain yang berhasil menyusup ke
dalam tubuh Gereja, teristimewa dalam hal-hal yang berkaitan dengan liturgi. Pengganti
Sri Paus, Paus Honorius III, menindak-lanjuti dekrit-dekrit Konsili tersebut
dengan sebuah gerakan Ekaristi, antara lain dengan menerbitkan sebuah surat
edaran, Sane cum olim, yaitu pada tanggal 22 November 1219. Dalam surat
edaran tersebutSri Paus menyatakan kesedihan serta keprihatinannya terhadap
praktek imam-imam tertentu, yang menyimpan dan memperlakukan Ekaristi Kudus
dengan cara yang kurang pantas, kurang hormat dan bahkan memalukan. Karena itu
diperintahkanlah agar untuk selanjutnya mereka menyimpan Ekaristi Kudus itu di
tempat yang khusus, bersih dan terhormat. Di tempat itu para imam harus
menghormati Ekaristi Kudus tersebut dengan penuh bakti dan rasa takwa. Para
imam harus berulangkali mengajarkan kepada umatnya agar mereka menghormati-Nya
dengan menundukkan kepala apabila hosti suci diangkat dalam perayaan Misa Kudus
dan apabila imam membawa-Nya kepada orang sakit. Pada saat itu imam sendiri
harus memakai pakaian yang pantas dengan kain penutup bahu yang bersih,
menempatkan hosti kudus di dadanya dengan penuh rasa hormat dan takut dan
selalu didahului oleh cahaya lilin yang bernyala. Fransiskus sendiri hadir
dalam Konsili Lateran IV. Beberapa tahun kemudian, pada tanggal 24 Juni 1219,
bersama beberapa saudara Fransiskus berangkat dari pelabuhan Ancona menuju
Tanah Suci. Ada beberapa tempat istimewa di Tanah Suci yang sangat memikat jiwa
Fransiskus. Teodosio Lombardi OFMmenduga, bahwa Fransiskus merayakan Natal di
Betlehem pada tahun 1219, pesta “Maria diberi kabar oleh Malaikat Tuhan” tahun
1220 di Nazaret, dan Pekan Suci serta Paskah 1220 di Yerusalem. Menurut
Teodosio Lombardi OFM, para penulis riwayat hidup Fransiskus yang awal tidak
berbicara mengenai hal ini, namun – tulis Teodosio Lombardi OFM – kalau kita
berpikir tentang palungan dalam perayaan Natal unik di Greccio pada tahun 1223
dan penerimaan anugerah Stigmata di La Verna pada tahun 1224, maka mau tidak
mau semua itu mengingatkan kita kepada perasaan seperti apa yang
menggetarkan diri Fransiskus pada waktu berada di Betlehem dan Kalvari beberapa
tahun sebelumnya, yaitu selama ziarahnya di Tanah Suci. Namun karena
mendengar berita tentang masalah intern ordonya, orang kudus ini kembali ke
Italia. Fransiskus dan beberapa saudara yang menyertainya mendarat di pelabuhan
Venezia pada akhir musim panas tahun 1220. Setelah balik ke Italia,
Fransiskus terjun mendukung gerakan Ekaristi yang diprakarsai Paus
Honorius III, antara lain dengan ber-“kampanye” lewat surat-surat Ekaristi-nya.
Yang dimaksudkan dengan “Surat-surat Ekaristi” adalah “Surat Pertama
kepada Para Rohaniwan” (1SurRoh), “Surat Kedua kepada Para Rohaniwan”
(2SurRoh), “Surat Pertama kepada Para Kustos” (1SurKus), “Surat Kedua kepada
Para Kustos” (2SurKus), “Surat kepada Para Pemimpin Rakyat” (SurPim) dan “Surat
kepada Seluruh Ordo” (SurOr). Dapat dikatakan, bahwa Fransiskus berada di
barisan terdepan dalam gerakan Ekaristi itu. Dalam hal yang demikian pada masa
itu Gereja sedang menghadapi banyak gerakan bid’ah, antara lain kaum Katharidan
kaum Waldenses (Waldensi). Gerakan-gerakan bid’ah tersebut populer di mata
rakyat banyak, dengan demikian bertumbuh-kembang dengan cepat dalam masyarakat.
Begitu gigih Fransiskus membela Gereja, khususnya dalam hal hormat-bakti
terhadap Sakramen Mahakudus ini, namun Ia tetap menjadi seorang diakon. Dengan
tulus dan rendah hati orang kudus ini tidak ingin menjadi seorang imam, dan dia
setia pada pendiriannya: konsisten sampai saat dia bertemu dengan Saudari Maut
(Badani).
- BEBERAPA
BACAAN DARI TULISAN-TULISAN DAN RIWAYAT HIDUP AWAL SANTO FRANSISKUS
- Santo
Pelindung bagi Lingkungan Hidup
Menurut legenda
St. Fransiskus berkhotbah kepada burung-burung dan binatang-binatang lain,
selain kepada manusia juga. Kini ia dikenal sebagai santo pelindung bagi binatangdan lingkungan hidup.Patungnya seringkali diletakkan di taman untuk
menghormati minatnya terhadap alam. Pestanya dirayakan pada 4 Oktober (pesta yang dimaksudkan ialah hari peringatannya,
kemungkinan disesuaikan atau diurutkan dengan tanggal kematiannya pada 3
Oktober).
- Nasihat
yang mendesak kepada para saudara-imam.
Dalam “Surat kepada Seluruh Ordo”, Fransiskus memberi
nasihat kepada para saudara-seimam, bahwa mereka harus hidup dengan cara-cara
yang konsisten dengan tugas-pelayanan mereka, khususnya dalam hal pelayanan
Ekaristi Kudus: “Juga aku minta
dalam Tuhan kepada semua saudaraku para imam, yang sudah dan akan atau ingin
menjadi imam Tuhan Yang Mahatinggi, agar bila mereka itu akan mempersembahkan
misa, hendaklah mereka itu sendiri murni, dan dengan murni serta khidmat
mempersembahkan kurban sejati tubuh dan darah mahakudus Tuhan kita Yesus
Kristus; dengan niat yang suci dan murni, bukan untuk sesuatu perkara duniawi.
Bukan pula karena takut atau karena kasih akan seorang manusia, seakan-akan
untuk menyenangkan orang. Akan tetapi seluruh kehendaknya, sejauh dibantu
rahmat, hendaklah diarahkan kepada Allah, dengan hasrat untuk menyenangkan
Tuhan Yang Mahatinggi itu semata-mata; sebab Dia sendirilah yang melaksanakan
misteri itu, sebagaimana berkenan pada-Nya (SurOr 14-15)”.
Pemberian nasihat Fransiskus kepada para saudara-imam ini
didorong oleh rasa hormatnya yang mendalam terhadap Ekaristi Kudus, yaitu agar
para imam menjaga kemurnian hati dalam mempersembahkan misa. Para imam tersebut
harus hidup dengan cara-cara yang konsisten dengan tugas pelayanan mereka,
khususnya pelayanan Ekaristi Kudus. Maksudnya ialah agar mereka memiliki ujud
yang suci dan mencari kehendak Allah semata-mata, untuk menyenangkan Dia saja,
dan bukannya untuk mengejar suatu keuntungan duniawi. Orang kudus ini juga
menulis dalam surat yang sama:[4]
“Dengarkanlah, Saudara-Saudaraku.
Kalau Santa Perawan begitu dihormati – dan hal itu memang pantas – karena ia
telah mengandung Yesus di dalam rahimnya yang tersuci; kalau Santo Yohanes
Pembaptis gemetar dan tidak berani menjamah ubun-ubun kudus Allah; kalau makam,
tempat Ia dibaringkan selama beberapa waktu, begitu dihormati: betapa harus
suci, benar dan pantaslah orang yang dengan tangannya menjamah-Nya, dengan hati
dan mulut menyambut-Nya, serta memberikan-Nya kepada orang lain untuk disambut.
Karena Dia, yang tidak akan mati lagi, tetapi yang hidup dan dimuliakan untuk
selamanya, dan yang ingin dilihat oleh malaikat-malaikat!”Ingatlah akan
martabatmu, Saudara-Saudara Para Imam, dan jadilah kudus, karena Dia sendiri
kudus. Sebagaimana Tuhan Allah memberi kamu kehormatan lebih daripada semua
orang karena pelayanan ini, demikianlah juga hendaknya kamu mengasihi Dia
melampaui semuanya, menghormati serta memuja-Nya. Betapa besarnya kemalangan
dan kelemahan yang patut disayangkan, apabila Dia hadir pada kamu seperti itu,
tetapi kamu justru menyibukkan diri dengan sesuatu yang lain di seluruh bumi
(SurOr 21-25).
Dalam
“Surat Pertama kepada Para Kustos”, Fransiskus menulis sebagai berikut:
“Aku memohon dengan sangat kepada kamu, lebih daripada kalau
menyangkut diriku sendiri, supaya kamu, bila pada tempatnya dan kamu
anggap berguna, memohon dengan rendah hati kepada para rohaniwan, bahwa mereka
harus menaruh khidmat yang melampaui segala-galanya kepada tubuh dan darah
mahakudus Tuhan kita Yesus Kristus serta kepada nama-Nya yang kudus dan
firman-Nya yang tertulis, yang menguduskan Tubuh (1SurKus 2)”.[5]
Dari bacaan diatas dapat diketahui bahwa dalam diri
Fransiskus terdapat dorongan yang sangat kuat untuk “menularkan” kepada
orang-orang lain apa yang diyakininya mengenai Ekaristi Kudus, namun semua itu
dilakukannya dengan penuh kerendahan hati dan rasa hormat pada orang-orang
lain. Dari pelbagai tulisan Fransiskus mengenai Ekaristi Kudus, jelaslah bahwa
yang nampak baginya dalam Ekaristi Kudus adalah Yesus Kristus sendiri, Putera
Allah dan Allah, yang jejak-jejak-Nya mau diikuti olehnya. Yesus yang miskin,
yang meskipun Allah, mengosongkan diri-Nya sehabis-habisnya dan
sepenuh-penuhnya. Oleh karena itu Fransiskus meminta supaya para saudara-imam
agar sungguh-sungguh suci, benar-benar pantas dan kudus. Dan apabila semua hal
itu terjadi dapatlah “mereka mengasihi-Nya melampaui semuanya, menghormati
serta memuja-Nya (lihat SurOr 24).
- Satu kali Misa dalam satu hari.
Pada masa Fransiskus, misa privata sudah menjadi
praktek yang lazim. Walaupun demikian, orang kudus ini menganjurkan bahwa pada
persaudaraan-persaudaraan lokal (komunitas-komunitas) hanya diadakan satu Misa
saja setiap hari. L. ab Aspurz, dalam tulisannya Communitatis franciscalis mencatat
bahwa dalam hal ini Fransiskus benar-benar berada di luar kerangka zamannya
sendiri. Fransiskus menulis:
“Karena
itu di dalam Tuhan, aku memberikan nasihat dan ajakan ini: di tempat
saudara-saudara tinggal, hendaknya dirayakan satu misa saja setiap hari menurut
tata cara Gereja Kudus. Bahkan kalau di suatu tempat ada lebih dari satu imam,
maka yang lain, demi cinta-kasih, hendaknya puas dengan turut menghadiri
perayaan imam lainnya; sebab Tuhan Yesus Kristus memenuhi mereka yang layak
bagi-Nya, baik mereka yang hadir maupun yang tidak hadir” (SurOr 30-32)”.
Hal ini dilakukan oleh Fransiskus karena dia memiliki
keyakinan kuat akan nilai Perayaan Ekaristi sebagai sebuah penyebab sekaligus tanda
dari persaudaraan sejati yang bersatu dalam kasih Kristus. Fransiskus sangatlah
bersemangat dalam hal Ekaristi yang terus ia kejar kepada saudara-saudara
seiman maupun terhadap gereja. Ini merupakan semangat akan pelayanannay bersama
Kristus.
- Sebuah gambaran tentang
ungkapan cinta Fransiskus terhadap Ekaristi Kudus.
Seorang penulis riwayat hidupnya, Beato Thomas dari Celano,
memberikan gambaran yang jelas mengenai cinta Fransiskus terhadap Ekaristi
Kudus ini sebagai berikut:
Dia menimbang sebagai sesuatu sikap tidak menaruh hormat,
jika waktu mengizinkan, kalau dia tidak mendengar Misa paling sedikit sekali
dalam sehari. Dia menerima Komuni Suci seringkali dan dengan sikap yang begitu
saleh, sehingga membuat orang-orang lain menjadi saleh juga. Mengikuti hal yang
patut dimuliakan itu dengan segala rasa hormat dia mempersembahkan semua
anggota tubuhnya, dan selagi menerima Anakdomba yang disembelih dia
mengorbankan rohnya sendiri dalam api yang selalu terbakar di altar hatinya.
Karena inilah dia mencintai Perancis; sebagai
seorang sahabat Tubuh Tuhan, dan bahkan ingin mati di sana, karena hormat-bakti
penduduk daerah itu terhadap hal-hal yang suci (2Cel 201).
Kesemangatan yang dimiliki oleh Fransiskus dalam hal Ekaristis
pada akhirnya ia mengungkapkan cintanya terhadap Ekaristis kudus tersebut.Sampai-samapi
kesalehan yang ia terapkan pada saat mengikuti misa juga ikuti oleh orang-orang
yang ada bersama dengannya mengenai kesalehannya ini.Kesalehannya bisa membuat
orang untuk meniru kesalehan yang ia milki.
PEMIKIRAN FRANSISKUS DALAM
MENELADANI
KEHIDUPAN YESUS KRISTUS
Dalam
makalah ini, pemikiran Fransiskus yang penulis paparkan ada beberapa macam diantaranya
ialah mengenai peribadatan yang sedang ia ikuti di gereja
yang dimana pada saat itu Fransiskus sedang membaca Alkitab dan mendengarkan
sebuah khotbah, tiga bagian Alkitab secara langsung yang menawan hatinya:
“Juallah hartamu, berikanlah itu kepada orang-orang miskin” (Mat 19:21),
“Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan” (Luk 9:3) dan “Setiap orang yang mau
mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya” (Mat 16:24). Selanjutnya bagian lain
dari pemikirannya ialah mengenai Ekaristi Kudus, tetapi dalam hal ini penulis
kurang menekankan hal ini. Tetapi yang akan penulis tekankan tentang
pemikirannya ialah mengenai tiga bagian Firman Tuhan yang langsung menyentuh
hatinya untuk hidup meneladani Yesus, sama seperti apa yang telah Yesus
perbuat.Dengan hati menerima bagian-bagian Alkitab itu, Francis berangkat menjalani
sebuah peniruan akan Kristus yang paling sulit dan berat yang pernah terjadi
sepanjang sejarah. Tiga bagian Alkitab tadi merupakan fondasi spiritualitas
Fransiscan. Jadi berdasarkan tiga bagian firman Tuhan yang sangat menyentuh
Fransiskus, penulis akan memaparkan bagaimana ia dapat melakukan hal tersebut,
apakah seorang manusia dapat hidup sama persis dengan kehidupan Yesus Kristus.
A.
Analisa
dan kritik
1.
Analisa teologis
Berdasarkan
pemikiran tokoh fransiscus dari Asisi, ia mengajarkan kepada banyak orang
mengenai kehidupan dari diri manusia untuk bisa meniru kehidupan Yesus. Tema
sentralnya franciscus ini ialah peniruan akan Yesus. Diantaranya itu, ia
mengatakan bahwa:[6]
Usaha kita untuk meniru Kristus menghubungkan kita dengan ungkapan Allah dalam dunia
ini. Dimana kita harus hidup dengan menaati Allah dalam segala sesuatu, yang
berarti selalu mengikuti kehidupan dan semangat Yesus. Peniruan ini tidak saja
membuat kita mengidentifikasi diri dengan Yesus tetapi juga mengijinkan kita
untuk mengalami realitas kehidupan-Nya secara langsung. Pemikiran Franciscus
untuk meniru kehidupan Yesus ini dia mengibaratkannya dengan ketika kita
memasuki padang gurun untuk diuji dan dicobai, kita menjumpai realitas rohani
yang sama yang Yesus pernah hadapi. Berbagai pengalaman ini dan lainnya
mengijinkan kita mengerti kesejajaran antara keberadaan kita dan Kristus.
Dengan menggali dari tafsiran yang lama dipegang di abad pertengahan,
Franciscus percaya bahwa pengalaman-pengalaman temporal mengungkapkan realitas
inkarnasi Yesus. Dan realitas ini pada akhirnya mengantari persekutuan kita
dengan Allah secara sempurna. Pemikiran tokoh Franciscus seperti ini merupakan
usaha serta pengajaran dari dalam hatinya yang paling dalam untuk dapat meniru
kehidupan Yesus. Sehingga dengan demikian orang-orang banyak yang ia ajari
dapat terus mengikuti bagaimana cara hidup yang ia lakukan untuk meneladani
cara hidup Yesus yang telah ia pratekkan sendiri.
Berdasarkan
pandangan hidup kekristenan untuk mengenal serta menyembah Dia yang sebagai
Tuhan Allah kita tidaklah dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang telah Ia
perbuat secara sama persis. Melainkan melakukan apa yang baik dan benar bagi
kita untuk dapat melakukan apapun itu bagi kemuliaan-Nya. Memang ada benarnya
mengikuti perbuatan-Nya yang telah Ia perbuat bagi banyak orang dahulunya dan
juga dengan Firman yang telah Ia ucapkan (merupakan pengajaran-Nya bagi banyak
orang yang mau mendengar serta tahu akan kehendak dari setiap ucapan-Nya
tersebut). Tetapi secara tegasnya maksud teologis atas pemikiran Franciscus ini
ialah lebih mengarah kepada pengutusan pada orang-orang yang diutus untuk
memberitakan kebenaran Firman Tuhan, yaitu Injil. Penyadaran bahwa dirinya
dipanggil untuk mewartakan kebaikan Allah ialah[7]
memungkinkan tindakan-tindakan hidupnya dapat menjadi ekspresi ungkapan
pemberitaan kebaikan Allah. Yesus Kristus merupakan pribadi yang dapat menjadi
teladan hidup umat manusia sebab seluruh hidup Yesus dibaktikan kepada Allah.
Yesus mewartakan kebaikan Allah dengan cara mengajar, mengampuni dosa,
menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, memberi makan orang banyak,
dan lainnya. Juga pengajaran Yesus yang disampaikan kepada segala bangsa dari
kota ke kota, desa ke desa merupakan pemberitaan kebaikan Allah. Tetapi Yesus
juga menentang perilaku hidup orang yang awalnya dimaksudkan sebagai ungkapan
ketakwaan kepada Allah tetapi disamakan dengan tujuan kepentingan diri sendiri,
supaya dipuji orang, mendapatkan keuntungan secara finansial, dianggap saleh,
dianggap taat dalam hidup beragama, dan lain-lainnya. Yesus mengecam
orang-orang yang mempunyai perilaku seperti itu.
2.
Analisa
Biblika
Dari
pemikiran Franciscus dari Asisi untuk penjelasannya secara analisa ini merujuk
pada saat ia beribadah digereja. Dimana, ia sedang membaca Alkitab dan
mendengarkan sebuah khotbah, yakni tiga bagian khotbah secara langsung menawan
hatinya. Diantaranya yaitu: “Juallah hartamu, dan berikanlah itu kepada
orang-orang miskin” (Mat 19:21), “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan” (Luk
9:3) dan “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya” (Mat
16:24). Dengan bagian Firman Tuhan yang telah didengar Franciscus ini
menunjukkan salah satu sikap Franciscus sebagai seorang yang ingin meneladani
kehidupan Yesus dengan melakukan apa yang telah diperbuat oleh Yesus Kristus.
Perlu diketahui bahwa untuk meneladani cara hidup Yesus, bisakah mampu manusia
melakukannya saat itu dan saat ini. Sepertinya ini merupakan hal yang salah
jalur untuk diperbuat. Maksud bagian Firman Tuhan yang ia dengar di gereja
dalam Mat 19:21 ialah mengenai “Jikalau
engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu
kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian
datanglah kemari dan ikutlah Aku”. Firman Tuhan ini memang jelas mengatakan
demikian. Tetapi ini bukanlah berarti bahwa agar setiap manusia mau menjadi
sempurna, maka yang harus ia lakukan ialah dengan menjual seluruh hartanya dan
memberikannya pada orang miskin. Jikalau dilihat dalam penafsiran maksud Firman
Tuhan ini merupakan percakapan Kristus dengan seorang pemimpin yang memiliki
niat yang baik untuk mendapat pengarahan dari-Nya mengenai jalan ke sorga.
Dalam hal ini maksudnya ialah:[8]
Ø Hal
utama yang perlu diketahui ialah apa yang harus kita lakukan untuk masuk sorga,
apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh hidup yang kekal. Hal ini
menyiratkan adanya kepercayaan tertentu akan kehidupan yang kekal setelah
kehidupan di dunia ini, suatu kepercayaan yang tidak dimiliki oleh orang-orang
yang tidak percaya kepada Allah dan orang-orang kafir. Hal ini juga menyiratkan
adanya kepedulian untuk mencari kepastian akan adanya kehidupan yang demikian
dan juga merupakan suatu kesediaan diri untuk memenuhi syarat-syarat apa saja
untuk menjamin tercapainya kehidupan kekal itu, dan kesediaan yang demikian
tidak ada pada diri orang-orang yang sudah kukuh membaktikan dirinya bagi dunia
dan keinginan daging.
Ø Manusia
menganggap diri mereka tidak berdosa karena acuh tak acuh. Inilah yang juga
diperlihatkan oleh pemimpin ini. Ia berkata, semuanya itu telah kuturuti sejak
masa mudaku (ay. 21). Ia tidak mendapati kejahatan apapun dalam dirinya, sama
seperti orang Farisi itu (ay. 11). Ia membual bahwa ia telah mulai berbuat
kebajikan sejak masa mudanya, bahwa ia tetap melakukannya sampai hari itu, dan
ia tidak pernah melanggarnya dalam hal apa pun. Seandainya ia telah mengetahui
makna dan sifat rohani dari perintah Allah tersebut dan perbuatan hatinya, dan
juga, seandainya ia pernah menjadi murid Kristus untuk beberapa saat lamanya
dan belajar dari-Nya, maka mungkin ia justru akan berkata sebaliknya: ‘semuanya
itu telah aku langgar sejak masa mudaku, baik dalam pikiran, perkataan, maupun
perbuatanku.”
Hal-hal
yang sangat penting yang bisa kita pakai untuk menguji keadaan kerohanian kita
adalah seberapa jauh kita mengasihi Kristus dan sesama kita, juga terhadap
dunia ini dan dunia lain. Dengan hal-hal inilah pemuda itu diuji, karena:[9]
jika ia memiliki kasih yang sejati kepada Kristus, ia akan datang dan
mengikuti-Nya, menuruti ajaran-ajaran-Nya dan tunduk pada segala aturan-Nya,
apapun yang dituntut darinya. Tidak ada seorang pun akan mewarisi hidup kekal
jika ia tidak bersedia menerima bagiannya dalam mengikuti Tuhan Yesus, untuk
mengikuti Sang Anak Domba ke mana pun ia pergi. Selanjutnya jika ia memiliki
kasih yang sejati kepada sesamanya, maka setiap kali ada kesempatan, ia akan
membagi-bagikan harta bendanya kepada orang miskin, yang merupakan
penerima-penerima berkat dari Allah dan berkat-berkat yang mereka terima ini adalah
hak Allah yang atas kekayaan kita.
Selanjutnya
tentang Luk 9:3 ialah “Janganlah membawa
apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang,
atau helai baju”.Maksud Firman Tuhan ini berdasarkan tafsiran adalah[10]
meluasnya pekerjaan Yesus (8:1) memberikan kepadaNya kesempatan untuk memberi
latihan praktek kepada kedua belas muridNya. Diperlengkapi dengan kuasaNya,
mereka akan melakukan pekerjaanNya yang terdiri dari memberitakan Injil dan
menyembuhkan. Mereka wajib hidup sederhana, barangkali untuk mengelakkan celaan
bahwa mereka membuat keuntungan dari misi mereka, dan untuk mengelakkan bahwa
mereka dikelirukan sebagai penginjil-penginjil keliling yang lain yang kurang
baik namanya. Mereka tidak akan berjalan dari rumah yang satu ke rumah yang
lain untuk mencari penumpang, jika sebuah kota tidak menerima mereka, mereka
akan melakukan apa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi apabila mereka
meninggalkan sebuah kota yang bukan Yahudi, untuk menyatakan dengan suatu
perumpamaan yang disandiwarakan bahwa penduduk kota itu memencilkan diri dari
Israel yang benar. sebuah pengutusan
pemberitaan Injil, dimana Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk misi
penginjilan. Dalam bagian ayat ini secara detail mempunyai penjelasan bahwa
pembicaraan Yesus ini berbicara mengenai kerajaan Allah yang menjadi pusat dari
khotbah Yesus. Untuk orang-orang yang mau mengikut perintah yang telah Ia
katakan haruslah benar-benar mengerti maksud yang sebenarnya dari ucapan-Nya. Juga
tentang Mat 16:24 yaitu “Setiap orang
yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan
mengikut Aku”. Maksud Firman Tuhan ini ialah[11]
mereka harus meninggalkan kesenangan tubuh; karena (ayat. 34) “jika seseorang
mau mengikut Aku, untuk kesembuhan rohani, seperti yang dilakukan orang-orang
ini untuk kesembuhan tubuh, Ia harus menyangkal dirinya, dan hidup dalam
penyangkalan diri, mematikan keinginan tubuh. Janganlah ia bersikap sebagai
dokter bagi jiwanya sendiri, melainkan ia harus membuang keyakinan mengandalkan
diri sendiri dan kebenaran serta kekuatannya sendiri, dan hendaknya ia memikul
salibnya dengan mengikuti teladan Yesus yang disalibkan, dan meyesuaikan
diri-Nya dengan kehendak Allah dalam semua penderitaan yang diizinkan-Nya; dan
terus mengikut-Ku. Seperti yang telah dilakukan banyak orang yang telah
disembuhkan Kristus. Mereka yang akan menjadi pasien Kristus harus mengikut
Dia, seperti yang telah dilakukan mereka yang mengikut Dia, dan harus mengambil
keputusan yang teguh bahwa mereka tidak
akan meninggalkan Dia.
B.
Pendapat
pribadi
Berdasarkan
pemikiran Franciscus dari Asisi ini sangatlah tidak mungkin bagi manusia untuk
dapat melakukannya dalam menjalani kehidupan hari demi hari ini. Saya sangatlah
tidak setuju dengan argumen serta ajaran Franciscus bahwa meneladani serta
meniru gaya kehidupan Yesus Kristus ini maka kita yang sebagai manusia dapat
menjadi serupa atau sama seperti Yesus. Untuk meneladani perbuatan atau aturan
yang Yesus lakukan dalam pelayanan-Nya selama tiga Tahun ini tidaklah mudah dan
gampang untuk ditiru. Sebab perlu diketahui bahwa apapun yang dilakukan Yesus
belum tentu dapat dilakukan secara tuntas oleh manusia. Sebab manusia ini sudah
berdosa untuk perbuatannya saja dalam kehidupan yang dilakukan hari demi hari
ada begitu banyak perbuatan yang tidak berkenan sebenarnya untuk dilakukan.
Bisa saja manusia untuk dilihat dari perbuatannya, dia orangnya baik, suka
menolong, serta ramah. Tetapi belum tentu dengan perbuatannya yang diperbuatnya
itu menunjukkan bahwa dia baik. Sebab dalam pikirannya belum tentu sama dengan
apa yang telah ia lakukan, juga dengan perkataannya belum tentu sama dengan
tindakan/perbuatan serta pikiran yang ia laksanakan itu. Kemudian yang menjadi
pertanyaannya dari saya ialah Franciscus ini merupakan seorang yang dikatakan
pintar, dimana ia sendiri merupakan pendiri Ordo
saudara-saudara hina (Ordo Fransiskan, OFM) dan juga dalam cita-citanya ia
ingin menjadi seorang ksatria yang perkasa. Tetapi diawal penerimaan dirinya
untuk mengenal Yesus, ia tanpa berpikir panjang, tapi langsung mengambil keputusan
untuk meneladani serta akan melakukannya dalam kehidupannya hari demi hari.
Melakukan perbuatan yang Yesus lakukan memang bisa dititu oleh setiap orang
tetapi peniruan terhadap perbuatan Yesus ini tidaklah secara tuntas dapat
diperbuat oleh manusia. Sebab:[12]
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.
Semua orang telah berdosa ini memang jelas, jadi tidak ada seorang pun didunia
ini yang tidak berdosa. Tetapi dengan adanya tindakan Franciscus untuk hidup
sama seperti Kristus Yesus ini sangatlah tidak mungkin jika hal itu ia lakukan
secara baik dengan tuntas. Yang sangat saya tidak setuju dan sependapat dengan
perbuatan yang Franciscus lakukan ialah dengan bagian Firman Tuhan yang ia
dengar di gereja saat dikhotbahkan yakni dari (Mat 19:21), (Luk 9:3), (Mat
16:24). Ketiga bagian Firman Tuhan itu tidaklah dimaksudkan bagi setiap orang
yang mendengar untuk dapat melakukannya seperti demikian. Tetapi perlu
penafsiran yang baik, memerlukan inspirasi dari Roh Kudus bahwa maksudnya
Firman Tuhan berkata demikian ialah untuk membuat semangat setiap pelayan Tuhan
dalam melakukan pelayanan dalam menyuarakan kebenaran. Sebab untuk mengikuti
jejak hidup Yesus bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan.
C.
Kontribusi
Dengan
adanya ajaran Franciscus dari Asisi mengenai bagaimana kita yang sebagai umat
manusia ini untuk hidup kudus haruslah dapat meniru tindakan/perbuatan yang
Yesus lakukan. Berdasarkan pemikiran Franciscus yang demikian untuk dapat hidup
yang demikian, memang ada banyak orang-orang pada saat itu yang mengikuti
dirinya. Bagi gereja dengan perspektifnya yang seperti ini memang ada banyak
orang yang mengikutinya, bahkan pada tanggal 16 juli 1228 Franciscus diangkat
menjadi orang kudus oleh sahabatnya, Ugolino yang menjadi Paus dengan nama Paus
Gregorius IX.[13]
Dengan diangkatnya Franciscus sebagai orang kudus pada saat itu, ini merupakan
suatu keistimewaan khusus pada diri Franciscus. Sebab dalam kehidupannya ia
menjalani hidupnya dengan melakukan/menuruti perkataan Firman Tuhan. Dimana
diawal kehidupannya yang bahagia bersama ayahnya yang merupakan pedagang kain
yang kaya, namun karena ia mau hidup seperti Yesus. Ia rela mengorbankan segala
hartanya dengan memberikan kepada pengemis-pengemis, bahkan dalam satu hari itu
ia hidup dengan mengemis. Ini merupakan suatu ketaatan Franciscus yang ia
perbuat untuk dapat hidup kudus. Perbuatan seperti itu tidaklah terdapat pada
tiap orang. Sebab bisa saja orang yang ada disekitarnya mengatakan bahwa itu
merupakan tindakan bodoh/konyol yang boleh ia lakukan. Yang menjadi landasan
bagi diri Franciscus dan juga orang-orang yang mengikuti ajarannya ialah
berdasarkan Matius 10:7-19. Sebab disaat ia bertindak sesuai dengan perkataan
itu, segera banyak orang tertarik kepada gaya hidupnya dan bergabung dengan
dia. Ia membuat suatu peraturan hidup yang sederhana bagi kelompoknya yang
didasarkan kepada perkataan-perkataan dari Injil. Disisi lain pihak gereja
memang menerima ajaran Franciscus, tetapi yang lebih jelasnya lagi ini teruskan
lagi oleh Bonaventura sebagai pendiri kedua dari ordo yang ada saat itu.
Bonaventura dalam peraturan dan pola hidup para Fransiscan ia menulis surat
wasiat untuk ditaati orang-orang pada masa itu, yaitu hidup taat dan suci tanpa
milik, dengan demikian mengikuti ajaran dan contoh Tuhan Yesus Kristus….mereka
yang berjanji untuk taat boleh mempunyai satu jubah dengan tutup kepala dan
satu jubah lagi tanpa tutup kepala, jika perlu bersama tali pinggang dan celana
pendek. Biarkan semua saudara berpakaian bersahaja….biarlah mereka tidak
menginginkan pakaian yang berharga di dunia ini, agar di Kerajaan Surga mereka
diliputi kemegahan….biarlah saudara-saudara menjaga supaya ke manapun mereka
pergi, jangan sampai mereka miliki suatu tempat dan mempertahankannya sebagai miliknya.[14]
Selain Franciscus yang mengajarkan serta mengembangkan pengajarannya mengenai
mencontohi apa yang dikatakan Yesus ini juga diikuti oleh Bonaventura sebagai
pendiri ke-2 dari gerakan ordo para Fransiskan yang ada saat itu. Tidak salah
mengikuti tindakan Franciscus untuk mengikuti tiap perkataan Yesus. Tapi
sebelum menjalankan itu semua seseorang perlu mengerti dengan cermat maksud
inti yang sebenarnya itu apa. Apa yang dilakukan Fransiscus pada kenyataannya
hingga saat ini ada begitu banyak orang-orang/pengikutnya yang masih mengikuti
jejak kehidupannya ini. Diantaranya yaitu pada zaman Portugis di Indonesia, OFM
bekerja dengan giat sekali. OFM (Ordo Fratres Minores/Ordo Saudara-Saudara
Hina) merupakan ordo yang pertama, bersama-sama dengan Ordo Dominikan, yang
menjalankan tugas kerasulan di Indonesi. Hingga dengan sekarang ini, Ordo ini
masih bekerja di beberapa tempat di Indonesia.[15]
Dengan hal demikian dapatlah diartikan bahwa hingga saat ini di dunia ini masih
ada kelompok-kelompok atau pengikut ajaran Fransiscus yang masih melakukan hal
ini. Tetapi tidak menutup kemungkinan hal ini hanya dilakukan oleh orang-orang
yang beragama Katolik, tetapi tidak secara keseluruhan.
Untuk
memperkembangkan pelayanan penulis maka ketika penulis mempelajari sejarah gereja/pemikiran
Kristen maka, dengan demikian penulis harus memikirkan dan menjawab 10
pertanyaan di bawah ini:
1. Pikirkanlah
bagaimana peristiwa dalam sejarah sebagai ilustrasi Doktrin Providensia Allah?
Allah memang sungguh luar biasa dalam kehidupan para tokoh sejarah gereja ini,
terkhusus Fransiskus. Sebab kehidupannya yang begitu melimpah dengan harta
kekayaan yang dimiliki oleh orangtuanya yang sebagai pedangan kain, pada
akhirnya ia meninggalkan semuanya hanya untuk hidup didalam Tuhan (hidup melayani
Tuhan, bahkan mau meneladani setiap perbuatan yang diperbuat oleh Yesus
sendiri).
2. Pelajaran
apa yang dapat diambil dalam peristiwa tersebut! Pelajaran yang dapat saya ambil
adalah mau bertanggung jawab atas panggilan Tuhan terhadap diri saya. Sebagaimana
telah dilakukan Fransiskus dalam mengikuti keteladanan Yesus hanya dengan
mendengarkan kotbah dari perkataan Firman Allah ia mau melakukannya. Pada hal maksud
perkataan Injil tersebut apabila ditafsirkan mempunyai arti dan maksud khusus,
tetapi Fransiskus tidaklah demikian. Ia tetap berpegang pada pendiriannya untuk
melakukan sama persis dengan apa yang tercantum dari nats (Mat 19:21), (Luk
9:3), (Mat 16:24).
3. Prinsip-prinsip
Teologis apa yang dapat dikembangkan melalui peristiwa itu! Yang dapat dikembangkan
berdasarkan pandangan teologisnya ialah sebagai hamba-hamba Tuhan,
pekerja-pekerja Kristus kita harus mampu mempertanggung jawabkan setiap
pandangan yang tercatat dalam Alkitab. Disisi lain sebagai hamba Tuhan yang
menyuarakan kebenaran Injil, maka kita juga harus mampu menguasai maksud dari
Injil tersebut meskipun sebagai manusia setiap orang tafsirannya berbeda-beda,
tetapi dari hal ini perlu ditekankan bahwa inti dan maksudnya tentunya sama.
Jadi yang perlu kita tekankan ialah pandangan kita dalam “Juallah hartamu,
berikanlah itu kepada orang-orang miskin” (Mat 19:21), “Jangan membawa apa-apa
dalam perjalanan” (Luk 9:3) dan “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya” (Mat 16:24). Dari hal itu kita dapat mengambil hal yang
terbaik untuk pelayanan kedepan dan juga dalam mengikut Tuhan itu harus mau
menyangkal diri demi Kristus Yesus.
4. Peristiwa-peristiwa
apa dalam sejarah yang menolong kita untuk memperkembangkan Doktrin Kristen
yang Ortodoks! Yang dapat menolong kita untuk mengembangkan Doktrin Kristen
yang Ortodoks jika dilihat dari peristiwa sejarah ialah tetap melaksanakan perjamuan
kudus yang benar sesuai dengan konsep-konsep para reformator yang terdahulu
(bukan merubah semua tata cara yang telah ditetapkan, sehingga mengakibatkan
keributan dalam gereja). Selain itu, dari peristiwa meninggalkan segala harta
kekayaan juga sangat penting, tetapi bukan berarti seorang yang kaya memberikan
semua hartanya tersebut kepada fakir miskin. Dalam peristiwa ini yang perlu
dikembangkan dalam doktrin gereja ialah memberikan penafsiran yang terbaik,
sederhana dan praktis kepada jemaat sehingga mereka dapat mengerti dengan
mudah.
5. Kesalahan
apa dari sejarah masa lalu yang harus dihindari supaya tidak terulang kembali?
Yang harus kita hindari adalah melakukan tanpa memikirkan terlebih dahulu meskipun
memikili maksud baik, tetapi dalam hal ini perlu kehati-hatian. Kesalahan yang
harus di rubah dari sejarah masa lalu ialah mengenai pandangan yang terdapat
dalam perayaan perjamuan kudus (memandang bahwa anggur dan roti itu benar-benar
tubuh dan darah Kristus). Dalam konsep ini kita harus tetap berpegang bahwa roti
dan anggur itu hanya sebagai simbol atau lambang dari tubuh dan darah Kristus.Kemudian
dalam menjalankan perjamuan juga pelayan-pelayan yang ada haruslah melayani
perjamuan malam itu dengan hati yang sungguh-sungguh melayani, bukan sekedar
menjalankan tugas yang diberikan.
6. Bagaimana
peristiwa ini menolong saya berjalan bersama Tuhan? Sangatlah penting jikalau
kita melakukan perkataan Firman Tuhan, demikianlah halnya dengan Fransiskus
ketika mendengarkan khotbah yang dibawakan dari ketiga nats dari Injil Sinoptis
sekaligus. Untuk itu apabila saya ingin berjalan bersama Tuhan (mengikuti
kehendakNya bukan kehendak dari diri kita sendiri), maka saya harus meneladani
cara yang benar yang pernah diperbuat dari peristiwa sejarah ini; yakni mau
menjalankan pelayanan dengan sebaik mungkin bagi Kemuliaan Allah, mau melakukan
kebenaran Firman Tuhan bukan hanya sekedar berkhotbah, ceramah dan lain
sebagainya tetapi tidak melakukannya. Dengan melakukan hal yang demikian maka
saya dapat berjalan bersama dengan Tuhan seumur hidup.
7. Apa
yang diajarkan kepada saya melalui peristiwa sejarah tersebut tentang natur
manusia dan kondisi dunia? Tentang natur
manusia yang saya dapatkan ialah bahwa manusia itu jikalau hidup dengan
bergantung pada kekuatan dirinya sendiri, maka tidaklah bertahan lama, tidak
mendapatkan apa-apa. Sebaliknya jika mengandalkan Allah maka kehidupannya akan
senantiasa disertai oleh Tuhan Allah. Mengapa dapat terjadi demikian? Karna
kita ini adalah ciptaan Allah, ciptaan tidak dapat melampaui sang pencipta
tetapi penciptalah yang dapat berkuasa atas kehidupan kita yang diciptakannya.
Sedangkan tentang kondisi dunia yang saya dapatkan ialah dunia ini dalam
keadaan yang biasa (tenang, aman, damai dan sejahtera) dapat berubah dengan
cepat. Hal ini karena manusia yang tinggal didalamnya tidak dapat menjaga
(tidak dapat berelasi dengan keadaan sekitar). Sehingga pada akhirnya berakibat
yang sangat fatal apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dari dunia ini.
8. Apa
yang diajarkan kepada saya melalui peristiwa Sejarah tersebut tentang peranan
Gereja dalam masyarakat masa kini? Yaitu bahwa dari peristiwa sejarah ini saya
harus memberitakan Injil dengan benar terhadap jemaat terlebih dalam melakukan
P.I terhadap agama lain. Sebab Fransiskus sendiri merupakan seorang tokoh yang
gigih dalam menyuarakan kebenaran Injil. Untuk itu pelayanan di Gereja da
dimana pun itu saya harus bisa memberikan yang terbaik untuk kemuliaan Tuhan .
meskipun pada masa kini banyak hamba-hamba Tuhan yang mau melayani asalkan ada
bayara dan lain sebagainya kiranya ini boleh jauh dari diri saya demi peranan
gereja dalam masyarakat masa kini.
9. Bagaimana
peristiwa sejarah tersebut menolong saya untuk mempersiapkan masa depan?Peristiwa
sejarah tersebut mempersiapkan saya mulai dari pelayanan yang ada pada saat ini
(weekend) maupun pelayanan 2 bulan dan satu tahun. Kiranya melalui semua pelayanan
yang dilakukan tersebut saya dapat berfokus hanya untuk melayani Tuhan.
1 Bagaimana
peristiwa sejarah tersebut dapat menolong saya menjaga perspektif yang
seharusnya berkaitan dengan posisi saya sendiri dalam sejarah, posisi gereja,
donominasi saya dan bangsa saya.
KESIMPULAN
DAN
NILAI
ROHANI BAGI PENULIS.
Untuk
mengikut Tuhan Allah sangatlah tidak mudah dan gampang manusia melakukannya sesuai dengan yang Tuhan
inginkan. Sebab sebaik apapun kebaikan yang dilakukan manusia untuk menjadi
sama/serupa seperti perbuatan yang kristus perbuat ini sungguh mustahil. Sebab
manusia pada awalnya telah berdosa, begitu juga dalam kehidupannya sehari-hari
selalu ada tindakan juga natur keberdosaan itu. Jadi dengan usaha apapun
manusia melakukannya, meskipun yang dilakukan itu sama persis/serupa dengan
yang dilakukan Yesus belum tentu itu benar-benar serupa/persis dengan apa yang
telah diperbuat oleh Yesus Kristus. Yesus merupakan manusia yang pernah hidup
dibumi bersama dengan manusia zaman dahulu, Ia disebut 100% Allah dan juga 100%
manusia. Dengan menjalani kehidupan ini secara pribadi penulis bersyukur untuk
keteladanan Franciscus dalam mengikuti kehidupan Yesus. Dengan keteladanan
hidup yang ia lakukan, ada begitu banyak golongan orang-orang yang mengikuti
gaya hidupnya hingga saat ini. Tapi sangat disayangkan bahwa yang mengikuti
gaya hidupnya ini ialah orang-orang yang beragama Katolik. Selanjutnya melalui
Firman Tuhan yang didengar oleh Franciscus di gereja saat dikhotbahkan seorang
pendeta. Perbuatan atau sikap seorang kristiani yang baik dan benar ialah
memahami terlebih dahulu maksud Firman itu. Kalau secara pribadi, apabila saya
yang secara tiba-tiba mau melakukan hal tersebut ialah memang ada benarnya
melakukan kebaikan, tetapi sebaik apakah manusia dapat melakukan kebaikan itu
sendiri. Bukankah segala kebaikan yang Tuhan Yesus perbuat itu merupakan suatu
kebaikan dalam kemahakuasaan-Nya/keilahian-Nya yang Ia tujukan kepada Bapa-Nya
di surga. Menjadi pengikut Yesus Kristus tidak hanya sampai pada melakukan
tindakan-tindakan yang Yesus lakukan. Tetapi apapun yang dilakukan oleh manusia
dengan segenap hati, pikirannya hanya tertuju pada Tuhan ini memang berkenan
pada-Nya. Sebab hal ini sama dengan kita mengasihi Tuhan Allah kita. Dimana
dalam Matius 22:37 mengatakan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu
dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”. Menurut penulis
inilah yang terbaik untuk dilakukan manusia kepada Tuhan Allah dalam mengikut Dia
sebagai Tuhan satu-satunya Sang Juruselamat dunia dari kekekalan sampai kepada
kekekalan. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
[1]http://id. Wikipedia. Org/wiki/fransiskus-dari asisi#
mw-head (senin, 11 maret 2013) jam 10:05 WIB.
[1]Richard
J. foster & Gayle D. Beebe, Longing
For Of God Merindukan Allah (Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur,
2009)109.
[1]
Lane Tony, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran
Kristiani (Jakarta: Gunung Mulia, 1990) 101.
[2]Richard
J. foster & Gayle D. Beebe, Longing
For Of God Merindukan Allah (Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur,
2009)109.
[3]Lane
Tony, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran
Kristiani (Jakarta: Gunung Mulia, 1990) 101.
[4]http://catatanseorangofs.wordpress.com/2010/02/08/ekaristi-kudus-dalam-kehidupan-dan-tulisan-tulisan-santo-fransiskus-dari-assisi/(senin, 01 april 2013, jam 10:53).
[5]http://catatanseorangofs.wordpress.com/2010/02/08/ekaristi-kudus-dalam-kehidupan-dan-tulisan-tulisan-santo-fransiskus-dari-assisi/(senin, 01 april 2013, jam 10:53).
[6]
Ibid, Hal 152.
[7] L.
Prasetya, Menjadi Anak Beriman Yang
Terbuka (Yogyakarta: Kanisius, 2004) 29.
[8]
mattew Henry, injil Lukas 13-14 (Surabaya: Momentum Christian Literatur, 2009)
690.
[9]
mattew Henry, injil Lukas 13-14 (Surabaya: Momentum Christian Literatur, 2009)
692.
[10]Tafsiran Alkitab Masa Kini (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1982) 222.
[11]
Ibid, Hal 179.
[12]
Alkitab Edisi Study (Jakarta: tahun 2010) 1845.
[13]
Drs.F.D.Willem.M.Th, Riwayat Hidup
Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia,)
[14]
Lane Tony, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran
Kristiani (Jakarta: Gunung Mulia, 1990) 102.
[15] Drs.F.D.Willem.M.Th, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1987) 115.